Seperti yang sudah dijanjikan, itu adalah hari minggu saat akhirnya sepasang suami-istri ini untuk pertama kalinya akan menunjukkan 'kemesraan' mereka di depan publik.
Maka dari itu, sejak mencetuskan ajakan gilanya untuk menghibur Dong Sicheng, Bae Yoobin yang jadi penentu destinasi 'kencan' tak henti-hentinya memikirkan tempat apa yang cocok untuk didatangi oleh mereka.
Bukan.
Ini bukan karena ia merasa antusias akan menghabiskan hari dengan suami 'tercintanya', tapi memikirkan bagaimana banyak tempat jadi ramai kunjungan di akhir pekan begini, Yoobin benar-benar harus menyeleksi dengan tepat tujuan mereka untuk menghindari pertemuan dengan siapapun yang ia kenal.
Memang, itu terdengar mustahil mengingat kota Seoul begitu luas dengan banyaknya tempat seru yang bisa dikunjungi. Tapi mengingat bagaimana kejadian yang sungguh, sungguh, sungguh tidak masuk akal juga menimpanya (baca: mempunyai suami sah di usia yang bahkan belum memasukki waktu bersekolah) bertemu dengan Kim Jiho, Cha Eunwoo, atau bahkan Kim Myungjun, tentu bisa saja terjadi dan karenanya, kolumbarium* -lah yang jadi tempat pilihannya kali ini.
Terdengar horor memang, tapi sungguh; tak ada tempat sepi juga terpencil sesempurna dimana abu-abu kremasi itu berada dan lagipula, ia juga sudah cukup lama tak mampir untuk 'menjenguk' sang ibu disana.
"Apa aku membuatmu menunggu lama?"
Suara Winwin beserta derit pintu kamar, membalik Yoobin yang sudah lebih dulu siap dengan blouse hitam dan celana kain panjang coklatnya; lelaki yang baru saja keluar dari sana itu dipandanginya.
Menggunakan kaos berwarna putih polos yang dipadu kemeja senada bergambar tokoh dari animasi jepang 'Spirited Away' sebagai luaran, levis berwarna hitam jadi bawahan yang ia pakai. Lalu rambut hitamnya ditata sedemikian rupa sampai memperlihatkan sedikit dahinya dan tak lupa riasan tipis juga digunakan untuk memberikan kesan mulus pada wajah yang padahal sudah bersih dari masalah kulit itu.
Bae Yoobin memang tak pernah bilang pada siapapun, tapi sejak ia melihat Winwin untuk pertama kali, ia mengakui jika lelaki ini tampan bahkan dengan wajah tanpa riasan dan ketika memakai kemeja saat bekerja pun, dengan tubuh tinggi serta dada bidang yang lebar itu, Dong Sicheng terlihat sangat cocok menggunakannya.
Namun kali ini, ia sungguh tidak bisa membohingi diri lagi saat melihat sebuah pemandangan dari Winwin yang biasanya selalu keluar dengan dandanan seadanya itu. Ia sungguh tak bisa membohongi diri lagi, karena saat itu suaminya benar-benar jadi berkali lipat lebih tampan sampai membuatnya tercengang begini.
"Yoobin-ah?"
"Hah?"
Mata mengerjap, nafas yang tadi sempat tertahan itu akhirnya terhembus, kesadarannya kembali saat lambaian Winwin lakukan di depan wajahnya. Memfokuskan diri pada suami yang heran dengan sikapnya, langkah itu otomatis mundur sebelum kemudian ia berdehem rendah; gadis itu bersiap menyahut pertanyaan si lelaki.
"Oh..." ia berusaha bersikap sebiasa mungkin agar Winwin tak merasakan keanehan darinya. "Kau sudah siap?"
Pertanyaan yang langsung dijawab dengan anggukkan itu sepertinya menandakan jika Dong Sicheng memang tak merasakan apa-apa. "Aku tidak terlihat aneh 'kan?"
Yoobin mendengus. "Untuk apa menanyakan itu? Kita hanya pergi mengunjungi--"
"Walaupun begitu, aku harus tetap terlihat rapi," Winwin memutus sembari merapikan lagi kemejanya. "Ini kunjungan pertamaku ke kolumbarium Eomonim bersama putri kesayangan beliau. Jadi aku harus datang dengan layak agar Eomonim percaya jika kau sudah mengurusku dengan baik. Lagipula..." kepala yang sempat tertunduk itu terangkat, senyumnya lembut dengan tatap hangat yang tertuju pada si perempuan. "Hari ini aku akan pergi bersama istriku. Tentu saja aku tidak boleh terlihat memalukan saat kau sudah berdandan sangat cantik begini--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Marriage
Fiksi PenggemarIa bahkan tidak mengenal siapa lelaki yang diperkenalkan ayahnya sebagai Dong Sicheng ini, tapi kenapa tiba-tiba saja Beliau bilang jika dia adalah suaminya? Dan lagi-- Bagaimana Yoobin bisa tidak mengingat apapun soal pesta pernikahan yang seharusn...