- 11 -

101 33 44
                                    

Bae Yoobin mendelik pada jam dinding di atas televisi ketika acara yang dia tonton sejak kepulangan Myungjun satu jam lalu telah selesai. Menunjukkan pukul setengah dua belas, Winwin memang bilang jika lelaki itu akan pulang sedikit lebih malam, tapi tak menyebutkan jam spesifik dan hal itu membuat si gadis akhirnya mengirimkan pesan tentang jam berapa suaminya itu akan pulang, namun apa yang ia kirimkan sama sekali tak terbalas, terbaca saja tidak.

"Dia akan sampai di rumah dengan selamat 'kan?"

Yoobin yang saat itu berbaring di sofa sembari mengangkat ponselnya ke atas menghela nafas. Melihat ruang chat Winwin yang masih menampilkan jam tanpa tanda 'baca', perempuan itu amati lebih dalam apa yang aplikasi obrolan itu tampilkan disana dan menyadari satu hal yang membuatnya tiba-tiba berubah geram; di statusnya, ada sebuah emotikon pria muda dengan tuxedo juga cincin tersemat disana, yang mau dilihat darimana pun menyiratkan jika lelaki itu berstatus sudah menikah.

"Astaga! Dia ini benar-benar, ya..." Yoobin yang terkejut itu bangkit, matanya nyalang memandang foto profil kosong Winwin sejenak; sudah berapa kali ia bilang pada suaminya itu untuk jangan mengumbar statusnya yang sudah menikah sembarangan begini?!

Bel yang berbunyi, menghentikan jari Yoobin yang bergerak di keypad ponselnya. Menjeda ketikkan pesan yang lagi-lagi dia tujukan pada Winwin dengan niat meminta lelaki itu mengoreksi statusnya, suara yang kali itu terdengar tak sabar dan terkesan menekan bel dengan kasar membuatnya segera bangkit dari sofa.

Mengeluarkan tampilan ruang obrolan, ponsel dengan wallpaper ia bersama Myungjun itu dikunci sebelum kemudian memasukkannya ke saku celana. Wajah terlihat kesal dengan mulut yang sudah tak sabar ingin memaki orang di depan sana; ia yang sudah sebal sangat yakin kalau itu adalah Winwin dan akan menghemat banyak waktu dengan langsung mengomelinya daripada menunggu pesan yang belum tentu dibalas begini.

"Anyeonghaseyo Bae Yoobin-ssi...."

Suara yang sudah sampai diujung tenggrokkan itu tertelan lagi saat sosok itu memenuhi matanya, membuat Bae Yoobin terkejut sampai membelalak; itu memang Dong Sicheng, namun dalam keadaan mabuk dan sedang dipapah oleh Kim Suho yang menyapanya. Kondisi dokter yang memeriksa sang ayah diinsiden pingsan itu juga terlihat tak terlalu baik, wajahnya juga mulai terlihat memerah dan...

"Samchon?!"

Satu lagi orang yang tak Yoobin duga-duga akan datang. Selain Winwin, ada Chanhee di sisi lain si dokter; sebenarnya apa yang dua orang ini lakukan sampai merepotkan lagi Suho yang bahkan masih memakai kemeja kerjanya itu?

"Jeongmal jeoseongeyo, Bae Yoobin-ssi. Tapi bisakah kau bantu aku untuk--"

"Ah, tentu saja Seongsaengnim. Maaf karena sempat melamun...." Padahal yang Suho sodorkan pada Yoobin adalah si suami, tapi gadis itu justru lebih memilih untuk membawa Chanhee. "Aku sangat terkejut karena mereka bisa bersamamu begini."

Kerutan dahi yang sempat tercipta karena ulah istri Winwin itu hilang, saat akhirnya tanpa kata perempuan itu memberi isyarat tanpa suara padanya untuk masuk. Kali ini alisnya terangkat, sebelum kemudian menjawab. "Tadi saat aku baru saja pulang, tak sengaja bertemu mereka yang kemudian mengajak untuk minum di minimarket dekat sini."

"Begitukah?" Penjelasannya membuat penasaran lain muncul; kesadaran Winwin dan Chanhee yang sampai hilang begini dirasanya tak mungkin untuk minum-minum dengan waktu yang sebentar, mengingat si Paman yang begitu menyukai bir dan sejenisnya itu, dia tak akan tumbang begini hanya dengan satu-dua botol saja. "Sejak kapan mereka mengajakmu minum-minum?"

Suho berpikir sejenak. "Mungkin setengah sepuluh lebih sedikit? Aku ingat saat keluar dari mobil sepulang kerja, jam disana hampir menunjukkan pukul segitu...."

Unknown MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang