Dua Puluh Lima

121 7 0
                                    

Afsana mengerjapkan matanya dan menatap sekelilingnya.

Gelap.

Afsana berusaha menggerakkan badannya, namun tidak bisa. Ia menoleh ke arah belakang, ternyata kedua tangannya diikat menggunakan tali.

Afsana mengerutkan dahi, ia mencoba mengingat kembali kejadian sebelumnya, mengapa tiba-tiba dia bisa berada disini dengan kondisi tangan terikat.

Afsana mengingat bahwa terakhir kali dia bersama shazma. Setelah menemani shazma pulang ke rumah, kemudian shazma mengajak afsana makan disebuah restaurant dengan dalih sebagai ucapan terima kasih karena afsana sudah mau menemani dirinya berjalan-jalan.

Afsana juga ingat bahwa setelah ia meminum segelas choco caramel pesanannya tadi, ia merasa sakit perut dan berakhir dikamar mandi dengan kondisi mual disertai badan lemas. Setelah itu ia mulai kehilangan kesadaran, dan semuanya menjadi gelap.

"Tolong, apa ada orang disini?" Teriak afsana

Suara langkah kaki terdengar berjalan ke arah ruangan dimana afsana berada. Tidak lama, terlihat lah sosok perempuan dengan 2 pengawal dibelakangnya.

Perempuan itu siapa? Sudah jelas,  shazma.

"Halo afsana, sudah sadar?" Shazma memegang dagu afsana dengan senyuman smirk dibibirnya

"Mbak aran? Mbak, tolong bukakan ikatan saya mbak. Saya mau pulang" Pinta afsana

"Hah,  buka? Enak aja! gue udah capek-capek bawa lo kesini dengan susah payah,  dan sekarang lo minta dibukain tali nya? JANGAN MIMPI!" Shazma menoyor dahi afsana dengan telunjuk tangannya

Afsana mencoba mencerna apa yang sedang terjadi dihadapannya. Ia tidak menyangka bahwa shazma seperti ini,  ia kira selama ini shazma perempuan baik-baik. Namun nyatanya, perempuan itu bisa menjadi iblis seperti dihadapannya saat ini.

"Mbak aran kok kayak gini? Saya salah apa sama mbak aran?" Ucap afsana dengan bibir bergetar, takut.

"SALAH LO SAMA GUE BANYAK. TERUTAMA GUE BENCI NGELIAT LO SAMA GIBRAN, LO ITU CEWEK PERUSAK HUBUNGAN ORANG!" Teriak Shazma sembari mencengkram jilbab afsana

"Sa--ya gaada hubungan sama pak gibran mbak,  hiks" Air mata afsana turun tanpa izin, jujur saja ia merasa takut berhadapan dengan shazma saat ini

"LO KIRA GUE BEGO? UDAH JELAS-JELAS DARI SOROT MATA LO ITU MENJELASKAN BAHWA LO SUKA SAMA GIBRAN, MASIH MAU NGELAK LO?!" Shazma menarik jilbab afsana kebelakang sehingga afsana merasa sakit karena jarum pentul yang dikenakannya mengenai kulit putihnya

"Aduhh sakit, mbak. Saya minta tolong lepasin mbak, tolong. Ssshhh" Afsana merintih karena bekas goresan jarum pentul tadi terasa perih dikulitnya

"Ahahaha mimpi! Minta tolong sama gibran aja coba, bisa gak? Hahahahahhahahahaha" Shazma tertawa terbahak-bahak karena merasa puas dengan apa yang dia lakukan terhadap afsana

"Mbak, terlepas dari salah saya sama mbak. Saya minta maaf, tapi saya mohon mbak tolong lepasin saya dan izinin saya keluar dari sini"

"Afsana, afsana. Lo ini lugu atau tolol sih? Gue sengaja bawa lo kesini biar gibran-gibran lo itu Kapok gak mainin perasaan gue lagi. Jadi, gue jadiin lo sebagai alesan supaya si gibran bisa nurutin semua kemauan gue dan dia buang lo bagai sampah!  Ahahahahahaha"

"Astagfirullah, mbak. Sadar. Yang mbak lakukan gak bener, gak sesuai sama jalan allah. Lagipula, kalo misalnya nanti emang jodoh pasti akan balik ke mbak lagi kok"

"HEH! BERANINYA LO CERAMAHIN GUE! RASAIN NIH!" Shazma mencengkram jilbab afsana dengan sangat kencang

*Brakkk*

My Teacher Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang