Dua puluh satu

893 37 3
                                    

Jangan lupa, sebelum membaca pencet bintang yang ada dipojok kiri bawah ya. terima kasih❤

Selamat membaca, aku sayang kalian semua! muah! 😍

🐣🐣🐣🐣

Satu minggu kemudian..

"NANA! BANGUN DEK, INI UDAH JAM BERAPA?! KAMU GAK SEKOLAH EMANGNYA?!" Teriak rescha dari luar kamar afsana, sedangkan sang empunya masih senantiasa memejamkan matanya sambil memeluk boneka beruang yg diberikan oleh gibran beberapa hari yang lalu.

Ya, memang setelah insiden afsana dan gibran yg bertukar cerita dicafe beberapa hari yang lalu itu justru membuat mereka tampak dekat sekarang. Tetapi, afsana belum menceritakan kepada bunda maupun keluarganya tentang gibran yang ternyata merupakan -Teman kecilnya- sekaligus tentang shazma yang katanya gibran perempuan itu ingin mencelakakan dirinya. Ia takut apabila nanti jika sang bunda telah mengetahui sebenarnya, bundanya akan bertindak yang tidak-tidak terhadap gibran. Konyol memang jika ia sampai berfikiran seperti itu tentang bundanya, namun perasaannya lah yang mengatakannya.

"NANA!!! IH KESEL BANGET MAS, KAMU DIBANGUNIN DARITADI TAPI SAMPE SEKARANG MASIH GA BANGUN-BANGUN JUGA!!" Teriak rescha lagi seraya menggedor pintu kamar afsana lebih kuat

"BUNDAAAA... TAU AH MAS NYERAH BANGUNIN NANA, CAPEK DARITADI TERIAK-TERIAK TAPI ANAKNYA JUGA GA BANGUN" Suara nyaring rescha kini terdengar sampai ke telinga irlyana, membuat sang bunda terkikik geli.

"Dibuka pintu kamarnya kan bisa mas, gausah sampai teriak-teriak gitu. berisik tau, masih pagi" Ucap irlyana menghampiri rescha

"Gimana mau dibuka, bunda? pintunya aja dikunci dari dalem sama nana"

"Ah masa sih? Setau bunda, nana gapernah kunci pintunya, kecuali ada sesuatu baru dia kunci pintunya?"

Rescha mengedikkan kedua bahunya, "Kalo bunda gak percaya, bunda coba aja sendiri"

Irlyana menggenggam knop pintu kamar afsana, kemudian memutarnya. Tak lama, terbukalah kamar afsana yang masih gelap, menandakan sang pemilik kamar belum bangun juga dari tidurnya

"See? Bunda bilang  juga apa kan,  mas?" Ucap irlyana tersenyum sambil menaik turunkan alisnya, bermaksud untuk menggoda putra sulungnya itu

"Ah bundaa mahhh" Rajuk rescha yang langsung meninggalkan irlyana

Tawa irlayana pecah seketika, ketika melihat ekspresi putra sulungnya itu. Ia memang suka sekali menggoda rescha, apalagi sampai rescha ngambek. menurutnya, itu sangat menggemaskan.

Irlyana masuk kedalam kamar afsana, lalu menyibakkan gorden. Cahaya matahari yang masuk membuat tidur afsana sedikit terusik. Afsana menggeliat kesana kemari tanpa berniat untuk membuka kedua matanya. Sang bunda yang melihat kelakuan putrinya hanya bisa menggelengkan kepala sambil berkacak pinggang.

Perlahan, ilryana berjalan mendekati tempat tidur afsana, kemudian menggoyangkan badan putrinya itu.

"Afsana sayang, bangun dong.. udah jam berapa ini? memangnya kamu nggak sekolah? nanti telat loh sayang.. bangun yuk, buka matanya"

Hening. Tak ada jawaban.

"Afsana sayang, ayo dong bangun. nanti keburu siang, kamu jadi terlambat berangkat sekolahnya" Ucap irlyana sedikit menggeram karena kesal melihat sang putri yang tak kunjung membuka matanya.

"Oke baiklah, mungkin dengan cara ini kamu akan bangun sayang" Gumam irlayana pelan

irlyana berjalan ke dalam kamar mandi, lalu keluar dengan membawa ember kosong serta gayung yang berada dalam genggamannya.

My Teacher Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang