-Aku bukan tipe orang yang munafik. Jika aku rindu, maka aku katakan rindu. Tapi entah mengapa, jika berhadapan denganmu diriku sangat munafik untuk langsung berkata 'aku sayang padamu'-
👑👑👑
Dibawah terik matahari yang sangat menyengat itu, terdapat perempuan yang sedang berdiri tegak sambil hormat menghadap ke tiang bendera. Perempuan itu ialah afsana. Hukuman dari pak gibran memang keterlaluan. Afsana dihukum untuk menghormat bendera sampai jam pulang sekolah,dan jika afsana menolaknya pak gibran akan menulis nama afsana di buku pelanggaran siswa dan siswi sekolah Bhakti Perkasa. Sungguh menyebalkan!
Kini ia sedang menjadi pusat perhatian SMK BHAKTI PERKASA. Semua siswa-siswi yang melintasi lapangan menatap afsana dengan tatapan kasihan. Para guru yang berlalu lalang pun sama, menatap dirinya dengan tatapan kasihan. Afsana tidak ambil pusing karena tatapan yang diberikan oleh mereka. Dirinya hanya menanti bel pulang yang sebentar lagi akan berbunyi, yang bertanda masa hukuman afsana segera berakhir.Teetttt....
"Huft, pegel juga ya tangan kalo hormat mulu. Udah mana pala gue pusing lagi" Gumam afsana seraya melenggang pergi menuju ruang kelasnya.
👑👑👑👑
Didepan ruang kelasnya ia mengintip terlebih dahulu untuk memastikan apakah masih ada guru yang mengajar atau tidak. Afsana menangkap sosok gibran yang masih setia berada didalam kelasnya sedang menerangkan materi pelajaran. Bel pulang sudah berbunyi,tetapi teman-temannya belum dipulangkan juga? Sinting memang!
Tidak tahu kenapa hari ini ia sangat tidak suka terhadap gibran. Karena gibran, dirinya sedang menjadi pusat perhatian di sekolah, dan karena gibran jugalah kepalanya menjadi pusing akibat hormat yang terlalu lama. Dengan wajah cemberut, afsana mengetuk pintu.
Tok.. Tok..Tok..
Murid yang berada didalam kelas mengalihkan perhatiannya dari papan tulis menuju ke arah pintu.
Afsana mendorong pintu dengan pelan, kemudian ia menyembulkan wajahnya disela-sela pintu.
"Permisi pak, saya mau mau izin buat kembali ke tempat duduk" ucap afsana, lesu.
Gibran yang tadinya sedang menatap ke layar laptop, kini perhatiannya menuju ke arah gadis yang berada di pintu.
Gibran mengangguk,"Ya, silahkan"
Afsana merasa pusing dikepalanya, sehingga keseimbangan badannya mulai tidak seimbang. Gibran yang melihat ada sesuatu yang tidak beres terhadap siswinya itu, segera berjalan mendekati ke arah afsana. Gibran memegang kedua lengan afsana, kemudian memperhatikan wajah afsana yang pucat dari dekat.
"Kamu tidak apa-apa afsana?" Tanya gibran
"T--idak apa--" belum sempat melanjutkan ucapannya, afsana sudah lebih dulu menjatuhkan badannya alias pingsan, namun gibran segera menopang tubuh afsana, sehingga afsana tidak terjatuh ke lantai.
Gibran tersentak kaget. Dengan cekatan, gibran menginstruksi Ketua kelasnya untuk memberitahu kepada teman yang lainnya bahwa jam pelajaran sudah habis, dan diperbolehkan untuk kembali ke rumah masing-masing. Sementara dirinya, meminta bantuan teman sebangkunya afsana --Hatna untuk mengikuti dirinya menuju UKS.
"Saya minta tolong ke kamu hat, bawain tas nya afsana ke UKS" Pintanya dengan nada yang datar, sebelum ia melangkahkan kaki keluar.
Gibran berjalan terburu-buru dengan afsana yang berada didalam gendongannya. Jujur, ia khawatir terhadap gadis itu. Ia merasa, jika dirinya sudah keterlaluan karena memberikan hukuman berat kepada afsana. Gibran menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher Is My Boyfriend
Teen Fiction{ UPDATE SEWAKTU-WAKTU YA, JIKA SAYA SEDANG TIDAK SIBUQ 😉 } • Afsana Ghazalla. Seorang anak perempuan yang tidak mengerti tentang apa itu cinta. Tetapi semuanya berubah, Semenjak dirinya mengenal sosok Gibran Athafariz. Gibran atau kerap sering di...