Tiga Belas

1.6K 107 3
                                    

-Sejauh ini, racun terampuh bagi jiwa manusia adalah ketidakmampuan mereka memaafkan diri sendiri atau orang lain. Memaafkan bukan lagi pilihan, tapi sebuah kebutuhan untuk menyembuhkan luka-

[Pencet bintang gais, jgn lupa. Hihiw]

👑👑👑👑

Gibran memasuki ruangannya dengan berjalan santai sembari membawa secangkir kopi yang ia buat sendiri tadi. Banyak guru yang berlalu-lalang untuk menuju kelas tempat yang akan diajarnya. Pasalnya bel masuk sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, namun gibran malah asyik duduk santai sambil menyeruput kopi hangat.

Sebenarnya hari ini ia merasa sedikit malas untuk mengajar, karena sekarang jadwalnya ia untuk mengajar XII Tata Boga. Pasti kalian sudah tahu apa alasannya gibran malas mengajar kelas tersebut.

Yap betul! Ia malas mengajar bukan karena ia ingin memakan gaji buta, tidak itu bukan tipikal gibran sama sekali. Ia malas, sebab jika dirinya bertemu dengan afsana, sudah pastinya perempuan itu menghindar. Toh, secara afsana kan malu-malu kucing. Ingin bilang Mau, tapi malu. Maunya teh apa?

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk kedalam handphone gibran.

Ketika melihat nama pelaku yang tertera dilayar handphone, gibran hanya bisa menghembuskan nafas kasar.

"Ngapain sih ah nenek lampir ganggu aja" Dumel gibran

Baru saja gibran ingin menonaktifkan data selulernya, tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk. Ia sudah menduga bahwa shazma akan meneleponnya.
Gibran menekan tombol hijau, kemudian tak lama muncul wajah perempuan diseberang telepon. Ya memang mereka sedang melakukan panggilan Video Call.

"Halo sayang selamat pagi" Ucap shazma riang dengan senyumnya dari seberang telepon

"Pagi" jawab gibran datar

"Kamu belum sarapan? Kok lemes gitu jawabnya?"

"Udah ko"

"Kamu lagi ngapain? Tumben gak ngajar?"

"Lagi duduk, ntar ngajarnya"

"Ohh gitu"

"Eh sayang, aku mau kasih tau kabar gembira ke kamu"

"Apa?"

"Mmm.... 3 hari lagi aku mau ke jakarta temuin kamu. Kamu seneng gak?" kini, mendengar ucapan shazma gibran membulatkan matanya lebar-lebar

"Kamu serius?" Masih dengan ekspresi yang sama, mata gibran menyorot ke arah shazma dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa emangnya? Kok kamu kaget gitu? Kamu gak suka ya kalo aku nyamperin kamu? Padahal kan aku ini tunangan kamu sayang, masa kamu lupa" Gibran tidak menyahut, melainkan ia sedang menyerna kalimat yang shazma ucapkan. Apakah benar perempuan ular itu akan menemui dirinya? Tidak! Pasti akan terjadi sesuatu pada afsana nantinya.

"Kamu berapa hari dijakarta?" Tanya gibran to the point.

"Gak tau, sesuka nya aku aja. Lagipula, papah aku mau buka cabang perusahaan yang baru lagi di jakarta. Kemungkinan aku akan lama tinggal dijakarta" mendengarnya lagi-lagi membuat gibran terbelalak.

"Shaz, udah dulu ya. Aku udah ditunggu anak murid nih, udah waktunya pelajaran aku. Dah" Tanpa basa-basi gibran segera memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.

Ia sengaja berbohong kepada shazma tentang ia ingin mengajar, agar ia dapat memutuskan teleponnya tanpa embel-embel menyakiti perasaan perempuan itu. Karena, jika sampai gibran menyakiti hatinya, gibran pastikan shazma akan melakukan hal yang diluar dugaan.

My Teacher Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang