Lima Belas

1.5K 70 0
                                    

Rescha mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, karena jika dengan kecepatan tinggi, motor, kartu ATM, serta handphone nya sudah pasti akan terancam punah. (Dibaca: disita oleh bundanya)

Afsana duduk dengan posisi menghadap ke arah jendela, perkataan shazma yang memanggil gibran dengan sebutan 'sayang' masih teringat jelas dibenak afsana.

"Dek, kamu kenal sama perempuan tadi?" Ucapan rescha membuyarkan lamunan afsana

Dengan cepat afsana menjawab, "Enggak mas, aku gak kenal"

"Kamu mau tau gak? Setelah mas inget-inget, ternyata perempuan tadi yang nabrak mas dibandara"

"Ah masa sih? Yang tadi mas rescha ceritain itu? Yang mas bilang, perempuan itu yang salah tapi mas yang di marah-marahin?"

"Iya, mas masih inget banget sama wajahnya"

Untuk kalian ketahui, setelah kejadian pertikaian antara rescha dan shazma, afsana telah mengetahuinya. Sebab, rescha bercerita sendiri kepada afsana dengan raut wajah kesal. Sehingga membuat gendang telinga afsana nyaris pecah, akibat mendengar ocehan dari rescha yang tidak ada henti-hentinya.

"Mas, kamu tamat kuliah 2 tahun lagi ya?" Celetuk nazran tiba-tiba

"Ih engga ayah. Insha allah kalo gak ngulur, mas tamat kuliah 1 tahun lagi. Mas minta do'a sama ayah, sama bunda biar mas bisa selesain kuliahnya tepat waktu"

"Aamiin, semoga aja ya mas" Irlyana mengusapkan telapak tangannya bermaksud mengaminkan ucapan putra sulungnya

"Berarti dikit lagi bunda dapet menantu dong? Hehehe"

"Kalo masalah itu, mas belom terlalu pikirin, bunda. Yang mas pikirin sekarang gimana caranya mas bisa bahagiain ayah, bunda, dan nana" Irlyana tersentuh atas perkataan rescha. Ia tidak menyangka bahwa pola pikir rescha bisa dewasa juga.

Setelah berbincang sedikit dengan ayah,bunda,serta afsana, kemudian heninglah yang  menyelimuti mereka berempat.

Setibanya dirumah, Afsana segera turun dari mobil, kemudian menuju ke arah bagasi untuk menurunkan beberapa koper milik ayahnya. Rescha pun juga melakukan hal yang sama terhadap afsana.

"Bun, kopernya nana taro disini aja ya. Nana mau masuk kamar dulu, capek" Ucap afsana lesuh sembari meletakkan koper ayahnya di dekat tangga

"Yaudah kamu taro disitu aja. Tapi kok tumbenan muka kamu lesuh gitu, kamu sakit?" Irlyana menempelkan punggung tangannya ke dahi afsana, bermaksud untuk memastikan bahwa putrinya itu demam atau tidak

"Badan kamu gak panas kok na, terus kenapa muka  kamu lesuh gitu?" Cecar irlyana

"Enggak papa bun, nana cuma gak enak badan aja" Ucap afsana meyakinkan irlyana agar bundanya tidam curiga.

"Yaudah sana masuk kamar, nanti bunda buatin susu coklat kesukaan kamu" Mendengar ucapan bundanya, mata afsana berbinar seketika

"Yang bener bun?"

"Iya sayang, nanti bunda anter ke kamar kamu susu coklatnya" irlyana mengelus pipi afsana dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya

"Yaudah sana masuk kamar, jangan lupa ganti baju"

"Aashhhiiaappp bunn" Irlyana tertawa mendengar sahutan putrinya.

Afsana sedikit berlari ketika menaiki anak tangga untuk menuju ke lantai dua, tepat kamar nya berada.

Sesampainya didepan kamarnya, dengan cepat ia segera memutar knop pintu, kemudian menutupnya kembali, lalu menguncinya. Ia berjalan menghampiri kasur Queen size nya, lalu merebahkan tubuhnya terlentang. Ia menatap langit-langit kamar sambil mengingat-ingat perkataan perempuan yang berada direstaurant tadi.

My Teacher Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang