Enam

2.1K 95 9
                                    

Gibran tersenyum, "Hukuman buat kamu, bersihin kantor guru, dan juga ruangan saya"

Afsana menghembuskan nafas kasar, ia sudah menduga bahwa gibran akan memberikannya hukuman.

"Baik pak" Ucap afsana lesu.

"Yaudah ayo masuk kedalam bareng saya,  tunggu apalagi?" Afsana tidak menjawab, melainkan hanya mengangguk.

Akhirnya Gibran dan afsana berjalan beriringan menuju ruangan gibran. Selama perjalanan menuju ke ruangan gibran, banyak sepasang mata yang memperhatikan ke arah mereka. Ada tatapan memuja, ada juga tatapan iri terhadap afsana karena bisa berdekatan dengan gibran, dan masih banyak tatapan lainnya. Entah.

Ketika sudah didepan ruangannya, gibran berjalan mendahului afsana. Ia membuka knop pintu, lalu mendorongnya pelan. Kemudian, Afsana berjalan mengekori gibran dibelakangnya.

Gibran meletakkan tas kerjanya diatas nakas, kemudian ia beralih menatap murid cantik satunya itu.

Afsana yang merasa gibran menatap dirinya, sontak pipinya memanas. Ia bingung, mengapa pada saat dirinya dekat dengan gibran jika tidak pipi merah, ya jantungnya berdegub kencang. Aneh.

"Saya disini harus ngapain pak?" Tanya afsana gugup

"Hukuman untuk kamu yang saya bilang tadi diparkiran batal" Ucap gibran

"Yes, alhamdulillah. Yaudah ya pak, saya mau pa--" Ucap afsana girang, namun sudah terpotong terlebih dahulu oleh ucapan gibran.

"Siapa bilang kalo kamu tidak jadi dihukum? Saya akan tetap hukum kamu, tapi hukumannya berbeda dengan apa yang saya bilang tadi"

"Laa hawla wa laa quwwata illa bil-laah" Ucap afsana spontan.

"Kenapa?" tanya gibran dengan nada datar.

"Hm, gak papa pak"

Gibran menghernyitkan dahi,"Emang saya nanyain kamu?"

"Iya. Kan tadi bapak nanya 'kenapa?' terus saya jawab 'hm, gak papa pak' emangnya saya salah ucap pak?"

"Kamu jadi anak kege'eran banget ya, saya bukan tanya 'kenapa?' ke kamu, tapi ke cleaning servis yang  ada dibelakang kamu. Kalo gak percaya sekarang kamu puterin badan kamu, dan lihat dibelakang ada siapa" Ketika mendengar ucapan gibran, afsana segera memutarkan badannya ke arah belakang.

Dan, benar saja sekarang tepat dibelakang tubuhnya ada cleaning servis dengan kedua tangan yang memegang alat kebersihan.

Blush...
Pipi afsana merona, ia merasa malu karena sudah merasa ge'er terhadap gibran tadi.

'Sial', batin afsana.

"See? Benar kan apa yang saya katakan?" Ucap gibran dengan mengangkat satu alisnya.

"Eh--iya pak. Aduh, saya jadi malu kan" ucap afsana seraya ingin menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Gibran menggelengkan kepalanya, kemudian mengalihkan perhatiannya menuju cleaning servis yang berada didepan pintu, lalu Gibran berjalan mendekati pria yang diketahuinya bernama pak jojo.

"Ada perlu apa pak jojo kemari?" Tanya gibran ramah

"Oh ini pak, saya mau izin ingin membersihkan ruangan bapak" Ucap pak jojo

"Hari ini bapak tidak perlu membersihkan ruangan saya. Karena hari ini, saya akan menyuruh afsana untuk menggantikan tugas bapak" Ucap gibran.

Samar-samar afsana mendengar percakapan antara gibran dengan pak jojo. Gibran memang tidak waras, Barusan dirinya bilang kepada afsana bahwa hukuman bersih-bersih ruangannya batal, lalu mengapa gibran berbicara kepada pak jojo seperti itu? Mungkin gibran belum pernah merasakan jika perempuan marah itu seperti apa.

My Teacher Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang