'Sekuat-kuatnya manusia, pasti ia pernah rapuh juga'.
👑👑👑👑
Gibran menyusuri jalanan ibu kota jakarta pada tengah malam dengan kecepatan mobil diatas rata-rata. Sebenarnya bahaya, namun gibran tidak peduli akan nyawanya yang terancam jika terjadi kecelakaan. Justru sekarang, ia lebih memperdulikan afsana dibanding dirinya sendiri.
Ia berniat untuk pergi ke rumah aland yang notabenenya adalah sahabatnya. Sepertinya, aland bisa mencari jalan keluar dari semua masalahnya. Batin gibran.
Gibran memakirkan mobil di depan lobby pintu masuk apartemen. Ia mematikan mesin mobilnya, kemudian melepas sealt bealt yang terpasang ditubuhnya, dan berjalan keluar.
Gibran memasuki pintu lobby utama apartemen dan menyapa satpam yang berada disana. Meskipun keadaannya sedang kacau, tetapi ia tetap harus ramah serta memberikan senyuman kepada orang lain. Agar mereka mengira bahwa kita sedang baik-baik saja, walaupun nyatanya tidak. Benar bukan?
Setelah usai berbincang sedikit dengan satpam, gibran berjalan menuju lift. Ketika sudah berada didalam lift, gibran menekan nomor 4. Karena, kamar aland memang berada disana.
Ting!
Pintu lift terbuka. Dengan tidak sabar, gibran segera keluar dan berjalan cepat menuju ke kamar yang bertuliskan nomor 245 dipintu berwarna coklat tersebut.Tok! Tok! Tok!
Gibran mengetuk pintu dengan keras, namun sang empunya pun belum keluar. Gibran memcoba untuk mengetuk pintunya dengan lebih keras. Tetapi tetap saja, sahabatnya itu tak kunjung memunculkan batang hidungnya.Oh iya, gibran lupa jika ada bel yang terletak disisi kanan pintu.
Gibran menepuk dahinya pelan.Fyuh! Bodoh sekali kamu gibran.
Karena kesal terhadap aland yang tak kunjung datang, maka dari itu gibran memencet bel dengan berulang kali.
Akhirnya tak lama kemudian sosok aland pun muncul membukakan pintu dengan mata setengah terpejam. Tanpa disuruh masuk oleh aland, Gibran pun langsung masuk ke dalam. Kurang ajar, batin aland.
Aland menutup pintu, kemudian masuk kedalam menyusul gibran yang sudah duduk manis sofa sambil menyengir ke arah aland.
"Mau ngapain lo dateng tengah malem budeg begini?" Tanya aland sambil mengucek-ucek matanya.
Gibran mengubah posisi duduknya, dari tubuhnya yang bersandar menjadi tegap.
"Lan, gue butuh bantuan lo. Gue mohon bantu gue, lan" Aland mengangkat satu alisnya keatas, tak mengerti.
"Bantu apa?"
"Bantu gue buat si shazma gak bertindak macem-macem ke afsana"
"Maksudnya gimana sih, bro? Gue gak ngerti"
Gibran menarik nafas sejenak, kemudian ia menceritakan semua kejadian yang dibandara tadi kepada aland hingga selesai.
Aland mengangguk paham atas cerita yang gibran jelaskan barusan.
"Bisa sih gue bantuin elo, tapi gimana caranya? Lo tau sendiri kan shazma orangnya kayak gimana"
"Nah itu permasalahannya, gue paham betul gimana sifat shazma. Gue yakin, dia pasti lagi nyusun rencana buat celakain afsana. Bukannya gue su'udzan atau gimana ya lan, tapi lo tau sendiri lah dulu dia nekatnya gimana"
"Ya terus, gimana caranya dong?"
"Tau ah, gue pusing!" Gibran mengusap wajahnya gusar
"Yaudah santai dulu, bro. Jangan gegabah, siapa tau nanti ada ide yang tiba-tiba muncul"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher Is My Boyfriend
Teen Fiction{ UPDATE SEWAKTU-WAKTU YA, JIKA SAYA SEDANG TIDAK SIBUQ 😉 } • Afsana Ghazalla. Seorang anak perempuan yang tidak mengerti tentang apa itu cinta. Tetapi semuanya berubah, Semenjak dirinya mengenal sosok Gibran Athafariz. Gibran atau kerap sering di...