Delapan Belas

1.5K 54 6
                                    

-10 tahun yang lalu-

Seorang anak perempuan berumur 8 tahun itu sedang bermain pasir dengan ekspresi sangat gembira. Matanya menyipit tatkala sinar matahari begitu menyorot kearahnya. Begitupun dengan anak lelaki berumur 10 tahun yang juga berada dihadapannya. Anak lelaki itupun memperhatikan sang anak perempuan secara rinci, tanpa sadar sebuah senyum terbit dibibirnya.

"Atha, lihat! nana bisa bikin istana dari pasir!!" Pekik anak perempuan itu senang, yang tak lain ialah afsana.

"Wah! Kamu hebat na. Aku aja belom bisa bikin seperti itu!" Sorak anak lelaki itu yang tak mau kalah hebohnya

"Yasudah, atha. Ayo kita bikin bareng-bareng istananya! Biar nanti kalo kita udah besar, nana bisa tinggal diistana bareng sama atha!"

"Memangnya nanti pas kamu sudah besar, kamu mau tinggal bareng sama aku?" Tanya atha polos

"Mau dong! Kan atha teman baiknya nana!!" Afsana menghampiri atha, kemudian mengecup pipinya sekilas

Atha yang mendapat perlakuan seperti itu pun, membuat senyumnya semakin merekah.

"Ayo, atha kita buat istananya. Kamu kok malah senyum-senyum gitu si?" Tanya afsana dengan tatapan bingung

"Ih engga! Atha engga senyum!" Elak atha

"Ih bohong! Orang nana liat sendiri kalo atha senyum-senyum!"

"Iya deh, atha ngaku kalo atha daritadi senyum-senyum terus" Senyum dari bibir atha pun, lantas perlahan hilang

"Kenapa senyum-senyum?" Afsana menatap manik mata gibran lekat

"Karena kamu, nana"

"Kok nana?"

"Ya gitu deh pokoknya. Kamu gak akan paham, kalo atha jelasin. Yang penting, kamu harus terus ada disamping atha, ya?" Afsana mengangguk

"Janji?" Gibran mengangkat jemari kelingkingnya, kemudian tak lama jemari afsana pun juga ikut terangkat, lalu mereka menyatukannya

"Janji" Afsana tersenyum sambil menunjukkan giginya itu pun membuat atha gemas.

"Na, tunggu atha besar ya!" Atha mencubit kedua pipi afsana, gemas.

"Ngapain?"

"Tunggu atha udah besar, punya uang banyak. Kalo misalnya atha udah punya banyak uang, nanti nana, atha ajak jalan-jalan yang jauh. Gimana? Nana mau gak?"

"MAUU!! NANA MAU!!" Teriak afsana cukup kencang, sehingga membuat orang yang berada disana menoleh ke arah mereka.

"Yaudah, kalo gitu berarti nana harus nunggu atha sampai besar ya?"

"Keyyyy" Afsana berhamburan ke dalam pelukan atha, dan atha pun juga ikut mengeratkan pelukannya pada afsana.

TUK!

Sebuah pulpen mendarat di dahi gibran tatkala pria itu sedang melamun sambil tersenyum membayangkan moment kebersamaannya berasama afsana.

"Aduh!!" Gibran mengaduh sambil mengusap-usap dahinya yang terasa nyeri itu.

"Lo kesambet ya? Gak ada angin, gak ada ujan, tiba-tiba ngelamun terus senyum-senyum gak jelas. Mikirin mesum lo ya?" Tuduh Auzan, salah satu guru yang berada di sekolah Bhakti Perkasa, sekaligus juga rekan kerja gibran ketika mengajar.

"Kagak! Gak mikir gituan gue! Sumpah!" Gibran mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk huruf 'V' ke udara.

Auzan menatap manik mata gibran secara lekat untuk memastikan pria itu tidak berbohong.

My Teacher Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang