Syafiah menguap untuk keberapa kalinya, matanya hampir saja tertutup merasakan kantuk yang cukup mengganggu. Sudah jam sepuluh malam dan ia masih harus mengaji. Baru menjadi santri baru saja sudah diharuskan mengaji sampai larut seperti ini, lalu bagaimana nanti?Syafiah sudah dirunduk kesal, ia benar-benar tidak mendengarkan apa yang dikatakan dan dibahas oleh guru mengajinya. Sedangkan yang lainnya, mereka menulis dan membaca kitab yang Syafiah tidak mengerti.
"Baiklah, cukup sampai disini. Besok kita lanjut ... " Ucap seorang guru mengaji seperti ustadz.
Syafiah dengan sudah tak sabarnya segera membereskan kitab juga pulpen dan buku logatnya. Ia benar-benar sudah ingin merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk dengan selimut tebal dan bantal yang halus.
Satu persatu dari santriwati menyalimi tangan ustadz nya dan keluar dari aula tempat mengaji.
Sama seperti santriwati, para santri juga baru saja keluar dari aula tempat mereka mengaji juga. Para santriwati yang keluar dari aula satu, berpapasan dengan para santri yang baru keluar dari aula tiga. Sebagian dari santri ada yang melontarkan godaan pada santriwati yang lewat didepan mereka. Tidak semua, karna hanya para santri yang nakal saja yang seperti itu, selebihnya mereka menundukan pandangan dan berlalu.
Jika saja saat ini Syafiah tidak sedang mengantuk, mungkin berpapasan dan bertemu dengan para santri yang masyaallah, akan membuat Syafiah berbinar, namun karena rasa kantuknya yang sudah menguasai, ia bahkan berjalan tak acuh melewati para santri.
Syafiah berjalan dengan cepat menaiki tangga asrama dengan mata yang sudah setengah terbuka. Bahkan kerudungnya saja sudah sedikit maju kedepan dan beberapa helatan rambutnya dan yang terlihat. Sedangkan para santriwati yang lainnya berjalan dengan mengobrol dan tertawa kecil entah membicarakan apa, Syafiah tak mendengar nya dengan jelas.
Masuk kedalam kamarnya, Syafiah langsung menaruh buku dan kitabnya diatas lemari kecilnya, ia pun segera menghamparkan kasur lantai yang tersedia dan menaruh bantal bersiap untuk tidur.
"Syafiah, itu kasur untuk tiga orang, bukan untuk sendiri." Ucap Afifah pada Syafiah yang sudah menutup dirinya dengan selimut tipis.
Salah juga Syafiah yang menggunakan kasur lantainya dilipat agar bisa sedikit empuk, dan dinikmati sendiri hingga tak menyisakan ruang untuk yang lain.
Dikamar itu memang tersedia dua kasur lantai, dan masing-masing satu selimut dan satu bantal.
"Ayo bangun," ucap Afifah pada Syafiah.
Syafiah mencebikan bibirnya dan bangun dengan sekali hentakan karena merasa kesal telah diganggu untuk tidur.
Afifah langsung menghamparkan kasur lantainya dengan benar, hingga bisa membuat yang lain kebagian.
Syafiah menekuk kusut wajahnya, ia membaringkan tubuhnya diatas kasur lantai yang tipis dan segera menyelimuti dirinya dengan selimut miliknya. Keinginan untuk tidur di kasur empuk dengan selimut tebal yang hangat kini hanyalah angan semata, sekarang ia berada di pesantren, bukan dirumah yang dimana selalu memberikan kenyamanan.
"Pengen pulang," lirih Syafiah dan tanpa sadar air mata keluar dari ujung matanya hingga menetes pada bantalnya.
****
Siapa sangka, yang tadinya terasa kantuk yang sangat berat, kini Syafiah justru tak bisa tidur dan terbangun sendirian. Sedangkan teman kamarnya yang lain sudah terlelap didalam mimpi masing-masing.
Pandangan Syafiah hanya menelusuri setiap sudut ruangan, kedua kakinya tertekuk dengan dipeluk oleh kedua tangannya dan menyandar pada tembok.
Tanpa sadar, cairan bening terus turun dari kedua matanya hingga membasahi kedua pipi. Dengan pencahayaan ruangan yang remang karna lampunya dimatikan, membuat Syafiah semakin menangis dengan isakan kecil yang berusaha ia redamkan dengan menutup mulutnya oleh selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Abi°END°
Poetry"Cinta itu belajar untuk menerima, apa yang sudah diberikan pada kita, terima saja. Mungkin itu yang terbaik dari yang terbaik, setidaknya kita sudah menerima" Aisha Alfiah. **** "Cinta tak perlu batasan, tapi cinta memerlukan waktu, juga proses yan...