Hamzah sedikit terkejut dengan kehadiran papanya yang tiba-tiba datang, ke ruang sakit, tempat dirinya bekerja."Sibuk dengan pasien?" Tanya sang papa pada putra satu-satunya, dengan melangkah masuk kedalam ruangan Hamzah.
"Papah." Panggil Hamzah dengan berdiri dari kursi putarnya, dan berjalan menghampiri papanya untuk menyalimi. "Ada apa papa datang? Tumben?" heran Hamzah.
"Jadi begini," papanya Hamzah duduk disofa berwarna hitam yang berada disudut ruangan. "Kedatangan papa kemari, dan menemui kamu itu ... ada hal yang ingin papa beritahukan"
Hamzah mengerutkan dahinya, dan ikut duduk bersama papanya disofa.
"Apa penting?" Tanya Hamzah.
"Yah." Papanya mengangguk. " Ini sangat penting menurut papa. Dan menyangkut masa depan kamu," ucap papanya.
"Masa depan?" Dahi Hamzah semakin terlipat seiring ia memikirkan Kalimat papanya.
"Kamu kenapa tidak memberitahu papa, jika kamu memiliki hubungan dengan putrinya Aysad."
"Apa?"
Hamzah benar-benar terkejut dan tersentak dengan ucapan sang papa.
"Mama kamu yang cerita. Jika bukan dari mama kamu, papa gak akan tahu. dan kamu, juga tidak berniat memberitahu papa?" Ucap papanya, dengan aksen seperti nada marah, namun dibuat-buat.
"Hamzah pikir, nanti ada waktunya sendiri, untuk cerita, dan memberitahu papa." Ucap Hamzah.
"Kapan?"
"Jika ada waktu." Jawab Hamzah.
"Papa sudah menelepon, dan memberitahu Asyad tentang ini." Ucap papanya, lagi-lagi, membuat Hamzah sedikit terkejut.
"Apa? Kenapa papa langsung telpon? Jika Pak Asyad tahu Hamzah pacar dari putrinya bagaimana?" Ucap Hamzah sedikit menuntut.
"Kamu jangan khawatir berlebihan seperti itu, seharunya kamu bilang ini dari awal. Asyad itu salah satu temen baik papa," Ucap papanya Hamzah.
"Apa?"
"Kalo aja dari awal kamu bilang, putri dari Asyad itu pacar kamu, papa pasti udah bicarakan ini dari awal dengan Asyad" ucap Papanya tersenyum.
Hamzah menatap papanya, "terus, apa yang dibilang pak Asyad?" Tanya Hamzah waswas.
Papanya sempat tertawa ringan melihat raut wajah putra satu-satunya, yang terlihat seperti menunggu hasil tes.
"Kamu tenang aja," ucap papanya, dengan sebelah tangan yang menepuk bahu Hamzah pelan. "Asyad terdengar senang, dan bahkan terdengar bersemangat untuk meminta kamu segera datang kerumah nya, dan melamar putrinya, yang menjadi pacar kamu,"
Sebuah ukiran bibir yang melengkung tertarik ke atas, dan raut wajah yang berseri, sangat terlihat diwajahnya Hamzah, ketika mendengar ucapan papanya.
"Papa gak bercanda kan?" Tanya Hamzah ingin memastikan.
"Menurut kamu?"
Hamzah menggeleng, dengan senyum yang semakin tertarik ke atas, dan membuat papanya juga turut bahagia.
"Papa harap kamu segera datang kerumah Asyad, untuk melamar putrinya. Ini juga demi masa depanmu, papa rasa, kamu sudah seharusnya ada yang mengurus," ucap papanya diselingi candaan yang membuat keduanya terkekeh bersamaan.
****
"Truth or dare?" Tanya Vini pada Syafiah, yang kini terlihat sedang berfikir, dengan alis satu terangkat, dan tangan yang mengetuk dagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Abi°END°
Poezja"Cinta itu belajar untuk menerima, apa yang sudah diberikan pada kita, terima saja. Mungkin itu yang terbaik dari yang terbaik, setidaknya kita sudah menerima" Aisha Alfiah. **** "Cinta tak perlu batasan, tapi cinta memerlukan waktu, juga proses yan...