Disinilah Yasinta, dirumah yang selalu bernuansa putih disetiap sudut ruangannya. Ia kembali datang ke rumah Tante Asma untuk mengantarkan kue yang Uminya suruh, bukan seperti biasa karna pesanan, melainkan Umi memang berinisiatif untuk memberikannya pada tante Asma, dengan dalih mengirim kue untuk calon besan.Tentu Yasinta tidak bilang pada Tante Asma bahwa ini adalah kue pemberian dari Uminya sebagai calon besan, melainkan Yasinta jawab dengan kalimat lain saat Tante Asma bertanya.
"Wah, Yasinta, ada apa ini kok repot-repot sekali membawakan Tante kue."
Saat itu Yasinta hanya tersenyum, kemudian menjawab, "iya, gak repot kok Tan, Umi tadi bikin kue banyak, jadi sekalian kasih kue buat Tante." Itulah jawabannya, entah terasa aneh juga kalimatnya.
"Senangnya dapat kue dari calon besan," ucap Tante Asma membuat Yasinta tersenyum kaku. "Sampaikan terima kasih dari Tante untuk Umi yah."
"Iya tante," jawab Yasinta.
"Eh jangan panggil Tante." Yasinta benar-benar terkesiap dan cukup terkejut oleh ucapan Tante Asma yang cepat membalasnya, "panggilnya Bunda dong, kan calon istri Abhian." Ucapnya membuat pipi Yasinta terasa panas.
"Iya, Bunda." Ucap Yasinta menurut.
"Kan enak dengernya,"
Yasinta hanya tersenyum meringis.
"Abhian, kemarilah."
Sampai suara Tante Asma yang memanggil nama putranya membuat tubuh Yasinta menegang.
Deg
Yasinta yang kebetulan dalam posisi tidak bisa melihat Abhian yang turun dari arah tangga, karna sofa yang diduduki membelakangi, hanya bisa menelan ludah dengan susah.
Abhian berjalan mendekat, menuruti apa panggilan Bundanya, dan berhenti tepat dibelakang sofa yang yasinta duduki.
"Ada apa Bunda," Balas Abhian yang kini tengah memasukan kedua tangannya kedalam saku cargo pendek berwarna cream yang ia kenakan.
"Coba lihat, ini, Yasinta. Dia yang akan Bunda jodohkan dengan mu." Ucap Bunda sambil berdiri.
Abhian masih diam ditempat,
"Yasinta, Ayo berdiri." Pinta Bunda. "Kalian tidak bertemu bukan kemarin? Jadi belum melihat satu sama lain. Jadi ini Abhian, putra Tante yang akan menjadi calon suami kamu."
Yasinta menggigit bibir bagian dalamnya dengan kuat, ia merasakan jantungnya yang bertalu-talu, rasa cemas mulai ia rasakan. Dengan sebisa mungkin tetap menjaga kenormalan nya, Yasinta berdiri dari sofa dan berbalik untuk menghadap Abhian seperti yang Bunda Asma mau.
Hingga ... Tap.
Kening laki-laki yang memakai kaos putih pendek itu berkerut ketika melihat siapa yang ada didepan penglihatannya. Sedangkan Yasinta sendiri berusaha tersenyum pada laki-laki itu.
"Bunda, dia ... " Dengan tangan yang menunjuk Yasinta, Abhian berkata demikian pada Bundanya, "dia yang akan dijodohkan dengan Abhian?" Tanyanya.
"Iya, cantik bukan?" Tanya Bunda sangat senang.
"Dia ... "
Laki-laki berkaos putih itu masih saja memandangi Yasinta dengan tatapan yang susah diartikan, seolah ingat kapan ia bertemu dengan perempuan itu.
"Iya, dia Yasinta." Pungkas Bunda Asma lagi dengan senyum yang mengembang.
Iya, Abhian juga tahu, ia pernah bertemu dengan Yasinta didepan pintu rumahnya, dan terakhir diperpustakaan kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Abi°END°
Poesía"Cinta itu belajar untuk menerima, apa yang sudah diberikan pada kita, terima saja. Mungkin itu yang terbaik dari yang terbaik, setidaknya kita sudah menerima" Aisha Alfiah. **** "Cinta tak perlu batasan, tapi cinta memerlukan waktu, juga proses yan...