°33• Yakin

92 11 0
                                    


Abhian mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, ia melewati semua kendaraan lainnya. Rasa kecewa dalam dirinya tak dapat ia sembunyikan, ia sungguh teramat kecewa.

"Apa kau tidak yakin dengan Tuhan?"

"Mengganti pasangan itu jauh lebih baik, dibanding harus mengganti tuhan. Kau tahu? Jika ada seseorang, yang lebih memilih pasangannya, dan berani meninggalkan Tuhannya, maka dunianya akan hancur. Seseorang itu akan menderita, dan orang itu pasti akan celaka.

Seseorang, akan menyesal jika sudah memilih pasangan, mereka pasti akan merasa menyesal dikemudian hari, karna apa, karna jika kita lebih mencintai manusia, maka hanya ada rasa sakit yang kita dapat, kita hanya akan kecewa jika manusia yang sudah kita pilih, ternyata di satu hari nanti, menyakiti kita. Sedangkan jika kita berharap dan memilih tuhan, aku yakin kita tidak akan pernah kecewa, karna tuhan tidak akan pernah menyakiti."

"Manusia bisa saja menghianati kita, tapi Tuhan?" 

Abhian menutup kaca helmnya, membiarkan matanya yang terasa panas dan memerah karena menahan gejolak amarah dan sejuta luka.

Hatinya terasa perih, sangat perih ketika semua yang telah dilakukannya harus berakhir menyakitkan.

"Manusia bisa saja menghianati kita, tapi Tuhan?" 

Benar, apa yang Yasinta katakan waktu itu adalah suatu kebenaran. Kini Abhian merasakannya sendiri, ia telah dikecewakan oleh manusia, lebih tepatnya oleh kekasihnya sendiri, oleh perempuan yang sangat ia cintai. Dan rasa sakit itu ternyata menjalar pasti disetiap tubuhnya.

Mungkin, tidak seharusnya Abian menaruh harap pada seseorang, akibatnya, ia sendiri yang merasakan kekecewaan yang teramat pedih. Dan rasa sakit hati yang mendalam.

"Kamu bercanda kan?"

Abhian semakin memacu kecepatan motornya, menancapkan gas dengan kuat agar bisa menyalurkan rasa kecewanya.

"Abhian aku gak akan bisa. Papa gak akan pernah setuju jika aku meninggalkan agama yang dianut oleh keluarga aku sejak lama."

"Abhian kenapa bukan kamu aja? Kenapa bukan kamu aja yang tinggalin agama kamu dan pindah ke agamaku, agar kita bisa bersama."

Abhian merasakan dunianya hancur, semua ketekadannya selama ini seolah runtuh dan sirna begitu saja. Cahaya yang ia harapkan akan terang, kini semakin redup dan menyisakan gelap.

Ia bersusah payah menelan semuanya, tenggorokannya bahkan terasa sulit untuk menelan Salivanya sendiri.

"Kia kau tahu dari awal, aku gak akan pernah bisa untuk tinggalin agama aku."

"Tapi aku juga gak bisa tinggalin agama aku."

"Selesai."

****

"Jadi ... Ada hal apa yang membawa Yasinta datang kesini?"

Saat ini, seperti rencananya, Yasinta ingin membicarakan tentang perjodohan yang ingin ia batalkan, lebih tepatnya ia ingin memberontak tak setuju.

"Atau, ingin bertemu Abhian? Tapi Abhian nya--"

"Bukan Bunda--hmm tante. Yasinta tidak ingin bertemu Abhian."

"Kok manggilnya balik lagi ke Tante sih?"

"Ada apa Yasinta?"

Kali ini, Ayahnya Abhian lah yang bertanya.

"Jadi, Yasinta kesini mau ... bicara tentang perjodohan antara Abhian dan Yasinta." Ucap Yasinta.

"Ya? Ada apa memangnya? Apa ada masalah?" Sahut Bundanya Abhian dengan cepat.

Jodoh Pilihan Abi°END°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang