°30• Permintaan

92 12 0
                                    


Mungkin ini adalah saatnya, saat dimana ruang yang kosong itu harus diisi oleh seseorang. Mungkin, ini adalah saatnya dimana ada pemilik lain yang menempati hatinya, mungkin inilah saatnya.

Percaya atau tidak, semua yang terjadi pasti tidaklah karna suatu kebetulan, mungkin memang sudah digariskan. Dan mungkin memang harus terjadi seperti ini.

"Aisha,"

"Iya?"

"Ingin berangkat bersama?" Tanya Hamzah tersenyum manis pada Aisha, membuat perempuan itu sedikit tertegun.

"Tidak, aku bisa berangkat pakai mobilku sendiri." Balas Aisha.

"Kau yakin tidak mau aku antar saja?"

Aisha menggeleng, mendapati raut wajah Hamzah yang berubah murung.

"Baiklah kalo begitu," ucap Laki-laki yang sudah memakai jas putihnya, tidak disampirkan seperti biasanya.

Aisha berpikir sejenak, diam untuk menimang tawaran Hamzah yang tidak ada salahnya untuk ia terima.

"Baiklah." Ucap Aisha tiba-tiba membuat Hamzah kebingungan. "Aku akan ikut dengan mu." Sambungnya membuat senyum Hamzah kembali terulas.

"Ayo berangkat."

****

Tiba diparkiran rumah sakit tempat Aisha bekerja, laki-laki yang sama berstatus dokter itu membuka suaranya sebelum Aisha keluar dari mobilnya.

"Aisha,"

Aisha menoleh, membuat debar kecil ia rasakan dijantungnya, kala melihat sepasang mata Aisha yang bersih.

"Ada apa?" Tanya Dokter gigi itu.

"Hmm ... " Laki-laki itu tiba-tiba merasa gugup, peraturan napasnya sedikit terganggu, "apa sepulang kerja ada acara?" Tanyanya.

Aisha sedikit menaikan alisnya, "tidak ada." Ucapnya dengan menggeleng kecil.

"Bagus." Ucap Hamzah membuat Aisha semakin terheran dengan perubahan sikap dokter muda itu. "Nanti aku jemput, kita akan makan malam dulu diluar sebelum pulang oke?"

Mata Aisha tidak bisa berkedip, mulutnya sedikit terbuka melihat kalimat yang dilontarkan dokter itu, apalagi dengan wajah yang mengulaskan senyum manis di bibirnya.

"Kau tidak bercanda kan?" Tanya Aisha hati-hati.

"Tidak," dokter itu menggeleng, "aku serius. Kita belum pernah makan malam diluar bersama bukan? Jadi kau mau?"

Walau masih sedikit bingung atas sikap Hamzah, Aisha mengangguk saja sebagian jawabannya.

"Iya,"

****

"Jadi ... Bagaimana rencananya?"

Itu adalah suara Abhian, laki-laki dengan kaos hitam yang dilapisi jaket denim, tengah mengajak bicara, atau membicarakan tentang rencananya bersama Yasinta

"Aku tidak tahu, tapi mungkin ... Mari kita coba dengan bicara pada orang tua kita masing-masing?" Usul Yasinta.

"Kau yakin mereka akan mendengarkan kita?" Tanya Abhian.

"Mereka pasti ingin yang terbaik bukan untuk anak mereka, dan mereka pasti mengerti, mereka tidak akan memaksakan kehendak mereka dan membuat anak-anak nya tidak bahagia. Benar begitu kan?"

Abhian diam, memikirkan perkataan Yasinta. "Tapi aku rasa tidak semudah itu." Pikir laki-laki yang berjaket denim.

"Itu sebabnya kita harus bicara dengan baik-baik pada orangtua kita. Perlahan buat orang tua kita mengerti, aku yakin tidak akan sulit." Ucap Yasinta.

Jodoh Pilihan Abi°END°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang