Baru beberapa kali masuk kedalam kelas, mengikuti sebuah pembelajaran dan harus sudah diberi beban mengejutkan bagi seorang Syafiah. Ia sudah diharuskan membaca sebuah buku pegangan mahasiswa kedokteran, yaitu buku anatomi yang ketebalannya melebihi dua novel yang ditumpuk. Belum lagi ia harus mempelajarinya.
"Astaghfirullah haladzim, istighfar Syafiah. Istighfar."
Syafiah menatap buku anatomi didepannya dengan tatapan memelas dan mengusap dadanya beberapa kali.
"Resiko jadi mahasiswa kedokteran ya gini, kira-kira aja harus dipelajari buku segini tebelnya."
"Tebel banget sih ini buku."
Berulang kali Syafiah membolak-balikkan bukunya, melihat dan mengira-ngira seberapa kuat ia bisa membacanya.
"Kak Yasinta gini juga gak sih? Perasaan gak pernah liat bawa buku kaya gini? Palingan praktek terus."
"Kayanya praktek langsung lebih efektif nih, daripada harus baca buku tebel kaya gini. Bikin mata ngantuk."
****
Ralat
Syafiah meralat ucapannya waktu itu, ia lebih baik membaca buku tebal anatomi daripada harus terjun langsung untuk praktek.
"Mampus ini sih." Dengusnya.
Satu langkah, dua langkah, Syafiah mundur perlahan untuk kembali keluar dari ruangan praktek, namun seseorang dibelakangnya yang tak sengaja ia tubruk membuatnya berhenti dan menoleh untuk berbalik.
"Mau kemana?"
Syafiah melongo ditempat, melihat laki-laki yang tak asing sedang berada didepannya. Penampilan nya sungguh sangat berbeda dengan yang ia lihat dipesantren.
Ganteng
Ini yang dateng ngelamar kerumah bulan lalu?
Kok beda?
Kok kece banget!
Syafiah menelan ludahnya, mengalihkan pandangannya kembali ke belakang dimana sudah tersedia organ-organ dalam tubuh manusia yang tersedia disana sebagai bahan praktek mereka.
"Mau kemana? Mau kabur?"
Kembali pertanyaan datang dari laki-laki didepannya, Syafiah hanya mengangguk dengan mata yang menciut seolah kelinci yang siap diterkam oleh mangsanya.
"Gak boleh. Ayo kembali ke tempat." Ucapnya memerintah, mengisyaratkan Syafiah untuk kembali bersama anggota kelompoknya.
Mau tak mau, ia pun tak jadi untuk kabur, ia sudah digiring untuk maju bersama kelompoknya.
Satu persatu, setiap anggota mahasiswa yang ada dilab, diharuskan untuk memegangi organ manusia seperti jantung, hati, usus dan lainnya. Organ itu didapat dari tubuh manusia yang sudah meninggal, dan organnya dijadikan bahan praktek untuk setiap mahasiswa.
Syafiah rasanya ingin muntah, mencium bau amis dan anyir dari organ-organ itu. Perutnya bahkan sudah bergolak siap naik ke rongga mulutnya.
"Sekarang giliran mu."
Syafiah menegang, rasa mualnya semakin menjadi kala tanganya berhasil memegangi hati yang masih terlumuri sedikit darah. Napasnya memburu, keringat mulai bercucuran disertai mulut yang mulai menahan sesuatu yang naik dari perutnya, memaksa untuk dikeluarkan.
Sedangkan seorang laki-laki yang menyuruhnya untuk memegangi organ itu tengah menjelaskan paparan mengenai organ tersebut.
Hoeek
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Abi°END°
Poetry"Cinta itu belajar untuk menerima, apa yang sudah diberikan pada kita, terima saja. Mungkin itu yang terbaik dari yang terbaik, setidaknya kita sudah menerima" Aisha Alfiah. **** "Cinta tak perlu batasan, tapi cinta memerlukan waktu, juga proses yan...