°34• Lamaran tak terduga

111 13 0
                                    

Pagi hari yang cerah, melewati para pejalan kaki maupun para pedagang asongan di pinggir jalan. Melihat keramaian jalanan dibalik kaca jendela mobil.

Walau sudah berusia sembilan belas tahun, dan sudah mempunyai KTP, Syafiah masih belum diberi kepercayaan oleh Abi dan Umi, bahkan oleh kakak-kakaknya. Untuk itu, saat ini Syafiah duduk dikursi penumpang bagian depan, dengan dikursi sebelahnya ada kakak perempuan keduanya yang bersedia mengantarkan dirinya ke kampus.

Yasinta memakai mobil Abhian untuk mengantarkan Syafiah ke kampusnya.

Btw. Cerita sedikit saja, Yasinta dan Abhian baru saja menikah beberapa bulan lalu, tepat setelah tak lama Syafiah pulang dari pesantren. Mungkin sekarang, masih bisa dibilang pengantin baru.

"Berhenti sampai sini kak," ucap Syafiah ketika mobil sudah memasuki area kampus.

Yasinta menurut, memelankan laju mobilnya kemudian mematikan mesin mobilnya.

"Nanti gak usah dijemput, soalnya mau pergi dulu sama Vini. Soal pulangnya, Syafiah bisa pulang sendiri," jelas Syafiah tanpa diminta.

Yasinta mengangguk.

"Oke,"

Yasinta diam, begitupun dengan Syafiah yang masih terdiam didalam mobil tanpa ada pergerakan tanda-tanda untuk keluar mobil.

"Tunggu apa lagi?" Tanya Yasinta.

Syafiah tersenyum, memperlihatkan jajaran giginya dengan lebar hingga kedua matanya menyipit.

"Perlu sesuatu?" Tebak Yasinta sudah hafal dengan senyuman khas Syafiah.

Perempuan yang lebih muda mengangguk, mengangkat telapak tangannya untuk diarahkan pada Yasinta.

"Butuh uang tambahan. Kak Yasinta kasih dong, kan pasti punya banyak uang dari kak Abhian. Hehe." Ucapnya merayu Yasinta dengan mengedipkan beberapa kali matanya.

"Selalu aja," ucap Yasinta dengan tangan yang meraih tasnya untuk mengeluarkan sejumlah uang, yang akan diberikan pada adik bungsunya. "Ini."

"Makasih ... "

"Sana keluar."

****

Pukul 19.34 malam, Syafiah baru pulang diantar taksi, ia baru saja bersenang-senang bersama temannya setelah sekian lama menjadi anak pesantren yang tidak bebas dan penuh larangan. Tapi, mungkin karna efek berada di pesantren beberapa lamanya, Syafiah kini lebih bisa menjaga sikap dan perilakunya sedikit lebih baik. Sedikit lebih anggun dan tidak terlalu bar-bar.

Namun kepulangannya kerumah disambut dengan banyak keheranan, juga tanda tanya yang besar.

Pasalnya, kini rumahnya seperti didatangi tamu, karna terlihat dari beberapa mobil dihalaman depan, juga pintu rumah yang terbuka lebar hingga terdengar samar-samar suara perbincangan dari dalam.

Syafiah melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah dengan tas yang ia bawa. Sedikit berjalan melongok untuk melihat tamu dari mana yang datang kerumahnya.

Namun suara panggilan dari Abi membuat jantung Syafiah hampir saja terlepas dari tempatnya.

"Syafiah, dia sudah pulang."

Semua pasang mata tertuju padanya yang masih berada tak jauh dari pintu utama. Dirinya terdiam kaku, tangannya masih memegangi tas dengan erat. Jantung Syafiah berdentum dengan hebat ketika melihat dua pemuda yang berada disofa yang sama.

Hasbi

"Syafiah, kemari, ayo salim pada kyai."

Suara Umi membuat debaran jantungnya kian berpacu cepat. Umi melangkah datang untuk menuntun Syafiah mendekat pada mereka. Dan Syafiah menurut.

Jodoh Pilihan Abi°END°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang