°11• Santriwati baru

119 14 0
                                    


Syafiah menangis tersedu-sedu dikamarnya. Abinya sungguh sangat keterlaluan, hanya Syafiah tidak pulang semalam dan lupa mengabari, membuatnya ingin dikirim ke pesantren? Abinya sungguh tega. Bagaimana bisa Syafiah masuk pesantren? Lalu bagaimana dengan sekolahnya disini? Belum lagi, baru saja Syafiah akan dekat dan sedang melakukan proses pdkt bersama Alvin, masa iya harus pergi? Kesempatan tak akan datang dua kali.

"Pokonya gak mau masuk pesantren ... " Ucap Syafiah bersuara tinggi, dengan masih menangis.

"Syafiah, buka pintunya sayang, Umi mau masuk." Ucap Umunya dibalik pintu kamar Syafiah.

"Gak mau. Pokonya Syafiah gak mau keluar dari kamar, Syafiah gak mau dimasukin ke pesantren Umi, Umi tolong bujuk Abi." Ucap Syafiah bak anak kecil.

Tak hanya ada Umi saja dibalik pintu kamar Syafiah, Yasinta juga Fatimah ada disana, berusaha untuk membujuk Syafiah agar keluar. Sedangkan Aisha sudah berangkat ke rumah sakit tempat dirinya bekerja.

"Syafiah, tolong dibuka dulu pintunya, kita bicara baik-baik," kini suara Yasinta yang terdengar dibalik pintu.

Syafiah diam untuk beberapa saat, memikirkan apa ia harus membuka pintunya dan membiarkan mereka masuk.

"Gak! Gak mau. Nanti kalo pintunya dibuka, Syafiah bakal dimasukin ke pesantren." Tolak Syafiah tidak mau.

"Syafiah."

Syafiah kini duduk tegak mendengar suara berbeda dari suara-suara sebelumnya. Itu suara Abinya.

"Syafiah cepat buka pintunya." Ucap Abi tegas.

Air mata Syafiah kembali luruh, tidak mau, Syafiah tidak mau dimasukan ke pesantren.

"Gak mau. Syafiah gak akan buka pintunya kalo Abi masih mau masukin Syafiah ke pesantren." Kekeuh Syafiah tidak mau, dengan bibir dan dagu yang bergetar.

"Syafiah, jangan membuat Abi marah. Kamu sudah besar, sudah seharusnya kamu bersikap sedikit dewasa. Jangan seperti anak kecil. Cepat buka pintunya!" Perintah Abi Aysad.

Bagaimana sekarang? Apa Syafiah harus membuka pintunya? Jika tidak, maka bisa saja Abinya akan marah.

"Syafiah."

Panggilan dari Abinya kembali terdengar, hingga membuat Syafiah ragu untuk berdiri dan berjalan ke arah pintu kamarnya. Perlahan, Syafiah membuka kunci kamarnya dan secara pelan, ia menarik pintu kamarnya untuk terbuka. Syafiah memandang Abinya takut, wajahnya tertekuk kusut dengan bekas air mata yang masih tersisa dikedua mata juga pipinya.

Helaan napas terdengar dari Abi Aysad, perlahan Abi Asyad meredakan kembali amarah yang hendak keluar.

"Boleh Abi masuk?" Tanya Abi Asyad pelan.

Syafiah mengangguk, dan perlahan ia berjalan kembali duduk ditepi kasurnya, begitupun dengan Abi dan Umi yang berjalan mengikuti dan duduk disebelah kanan dan kirinya. Yasinta dan Fatimah memilih untuk turun tak ingin ikut campur.

"Dengar Syafiah, Abi sudah bertemu dengan kepala sekolahmu, Abi juga sudah meminta surat perpindahan." Ucap Abi Asyad membuka suara.

Syafiah hanya diam, menunduk dan memilin ujung baju yang ia kenakan. Sedangkan Umi yang duduk disampingnya, mencoba memberi Syafiah ketenangan.

"Besok Abi akan antar kamu ke pesantren--"

"Abi," potong Syafiah. "Syafiah udah bilang gak mau masuk pesantren. Syafiah mau disini."

"Abi akan tetap mengirim kamu ke pesantren." Ucap Abi Asyad.

"Gak mau Abi. Gimana sama nasib sekolah, kalo Syafiah masuk pesantren. Seenggaknya tunggu sampai Syafiah lulus SMA dulu Abi. Baru nanti Syafiah mau masuk pesantren." Ucap Syafiah berusaha bernegosiasi dengan Abinya.

Jodoh Pilihan Abi°END°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang