Syafiah sudah mengatur pertemuan Salwa dengan Hasbi, tentu dengan bantuan Nazma, tapi sepupu Hasbi itu malah izin mengundurkan diri setelah mengantar Syafiah dan Salwa diperbatasan asrama putra. Catat! (Katanya tak ingin terlibat kasus percintaan Salwa dengan sepupunya).Alhasil, dijam malam sehabis mengaji, dan baru beres pukul sepuluh lebih beberapa menit, Syafiah menunggu diperbatasan asrama putra bersama Salwa, hanya mereka berdua. Hasbi belum datang, mungkin masih belum selesai mengajinya.
Tidak menunggu beberapa lama, dan tidak membiarkan nyamuk semakin mengerumuni keduanya. Hasbi, santri yang memakai sarung hitam, dengan kaos biru terang, akhirnya datang. Namun tidak sendirian, melainkan bersama laki-laki lain yang memakai jeans hitam ditambah kemeja merah muda dengan bagian lengan digulung sampai sikut, dan membiarkan sarungnya dikaitkan seperti kabayan. Atau mungkin, diselempangkan sama persis seperti Miss selebriti yang memakai selempang nya, kira-kira seperti itu.
Tak lain dan tak bukan laki-laki yang menemani Hasbi untuk bertemu dengan Salwa, sama seperti Syafiah yang sedang menemani Salwa bertemu Hasbi adalah ...
Gus Subhan
Sebuah kebetulan yang sangat tidak mengenakan bukan?
Jadi disini, apa Syafiah dan Gus Subhan sama-sama menemani sepasang kekasih yang hendak berpisah? Dalam kata lain putus?
Melihat Salwa yang menunduk malu-malu, dan Hasbi yang berjalan semakin mendekat, Syafiah ingin sekali mencibir mereka.
"Sal," panggil Syafiah menyenggol sedikit lengan Salwa agar gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat Hasbi.
Aneh. Gue aja yang bukan pacarnya berani natap Hasbi, lah ini yang pacarnya malah nunduk.
"Salwa ... "
Ya ampun suaranya itu loh, melemahkan ...
Aneh tapi, ini kenapa malah jantung Syafiah yang berdebar gara-gara denger Hasbi manggil Salwa.
"Ada apa nyuruh Nazma buat aku datang kesini?" Tanya Habsi, berusaha juga mengalihkan pandangannya agar tidak menatap Salwa.
MAU PUTUS, ANJIR. MAU BILANG PUTUS BIAR MAMPUS.
Inginnya Syafiah berteriak seperti itu, menjawab pertanyaan Hasbi, namun ia harus ingat, ia harus menjaga ucapannya.
"Aku, besok pulang."
Lama banget anjir mau ngomong putus aja, malah basa-basi dulu.
"Ibu tadi udah bilang sama pengurus, jadi ... Aku bakalan lepas dari pesantren."
Tatapan Syafiah tak lepas mengarah pada Hasbi, ingin melihat bagaimana respons laki-laki itu.Tapi tidak ada raut terkejut ataupun raut sedih sama sekali diwajah Hasbi.
"Kamu pasti mau lanjut kuliah ya?" Hanya itu kalimat yang keluar dari Hasbi, seolah bertanya, namun sudah tahu jawabannya.
"Iya," jawab Salwa masih menunduk malu-malu.
Ini boleh gak sih dipercepet, gue sangsi nih cuma diem berdiri kayak patung doang. Sama juga kaya Gus Subhan. Diem-diem bae.
"Yaudah, gak papa. Semoga berkah ya cari ilmunya. Bermanfaat juga untuk semua orang nantinya." Ucap Hasbi mendoakan.
"Amiiin."
"Sal," Syafiah kembali menyenggol pelan lengan Salwa dengan sedikit berbisik, "inget tujuannya, putusin Hasbi." Bisiknya sepelan mungkin, sampai angin malam bisa menyamarkannya.
Salwa yang seperti ingin memulai, namun malah terdiam saja, hingga membuat keadaan disekeliling empat remaja itu terkesan canggung. Membuat Syafiah maju ambil langkah. Jika Salwa tidak bisa, maka ada Syafiah yang masih mampu, benar kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Abi°END°
Puisi"Cinta itu belajar untuk menerima, apa yang sudah diberikan pada kita, terima saja. Mungkin itu yang terbaik dari yang terbaik, setidaknya kita sudah menerima" Aisha Alfiah. **** "Cinta tak perlu batasan, tapi cinta memerlukan waktu, juga proses yan...