"Emang kenapa kalo kita beda keyakinan?"Helaan napas keluar dari lelaki yang berjaket bomber hitam itu, diraihnya tangan Kiara yang berada diatas meja, untuk ia genggam.
"Kan aku bilang gak usah dibahas, kia. kita bicara yang lain aja." Ucap Abhian dengan nada lembut.
"Kenapa sih, kamu juga selalu ngehindar kalo aku bahas masalah ini? Ini kan masalah penting, kita gak bisa cuma jalan ditempat aja Abhian." Ucap Kiara cukup sedih mengingat status hubungan mereka.
"Terus aku harus gimana?" Tanya Abhian.
Entah mengapa tiba-tiba dada kiara terasa sesak, ia serasa terhimpit oleh dua dinding besar yang siap meremukkan dirinya.
"Kenapa sih kita harus beda?"
Pertanyaan itu lagi-lagi selalu terdengar dari perempuan yang berambut hitam sepunggung, yang nyatanya adalah kekasih nya.
"Kenapa kita gak bisa buat nerusin lebih jauh hubungan kita? Kenapa kita cuma jalan ditempat kaya gini? Apa kamu gak cape?"
"Tapi mau gimana lagi Kia ... Bunda bener-bener nentang hubungan kita, bukan cuma Bunda aku aja, tapi orang tua kamu juga. Kita gak bisa lakuin apa-apa." Ucap Abhian terdengar putus asa.
Kiara hanya menunduk, menatap kedua tangannya yang digenggam erat oleh Abhian.
"Tolong gak usah bahas ini lagi, aku gak mau kita berantem karena masalah ini." Pinta Abhian yang tak sadar membuat satu tetes air mata jatuh dari sudut mata Kiara.
****
"Bagaimana kalo ... Tante jodohin kamu sama Abhian anak Tante, Yasinta mau?"
Pertanyaan itu membuat Yasinta tidak bisa fokus terhadap dosen yang tengah memberinya materi didepan sana. Ia tidak bisa benar-benar mendengarkan apa yang dosennya terangkan saat ini.
Pertanyaan itu mungkin Tante Asma lontarkan tidak dengan serius, atau mungkin itu hanya gurauan biasa untuk sedikit menggodanya. Namun mengapa Yasinta memikirkannya dengan seserius itu, seolah pertanyaan itu benar-benar akan terjadi.
Karena kelas sudah selesai, akhirnya Yasinta memutuskan untuk pergi dahulu ke perpustakaan besar yang terdapat digedung utama, tujuannya ingin meminjam buku untuk referensi tugas yang diberikan dosennya barusan.
Kaki Yasinta berjalan pelan menelusuri rak-rak besar yang berisikan buku-buku yang berjajar. Mencari setiap buku yang berkaitan dengan materi pembelajaran tadi.
Baru tangan putih yang berlengankan sweater rajut ungu muda itu meraih satu buku yang dimaksud, perhatiannya langsung teralihkan kepada seseorang yang baru saja menjatuhkan beberapa buku di rak terdekatnya. Hingga membuat bunyi buku berjatuhan terdengar dan membuat Yasinta segera membantunya.
"Biar ku bantu," ucap Yasinta seraya memunguti buku yang terjatuh.
"Terima kasih," ucap seseorang yang baru saja Yasinta bantu.
"Sama-sama,"
Pandangan keduanya bertemu, seolah pernah melihat satu sama lain, hingga membuat ekspresi terkejut tak dapat mereka sembunyikan.
"Abhian juga kuliah dikampus yang sama, kaya kamu Yasinta. Kalian belum pernah ketemu sebelumnya memang?"
"Belum Tante,"
"Maaf ini bukunya." Yasinta menyadarkan pandangan Abhian yang terus menatapnya, dengan memberikan buku yang jatuh tadi.
"Ah, iya." Tangannya menerima buku dari Yasinta.
"Kita pernah ketemu sebelumnya?" Tanya Abhian masih menatap Yasinta.
Yasinta menganguk, "iya, tadi pagi kita sempat bertemu---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Abi°END°
Poetry"Cinta itu belajar untuk menerima, apa yang sudah diberikan pada kita, terima saja. Mungkin itu yang terbaik dari yang terbaik, setidaknya kita sudah menerima" Aisha Alfiah. **** "Cinta tak perlu batasan, tapi cinta memerlukan waktu, juga proses yan...