°17• Mari beri sedikit pelajaran

105 13 0
                                    

Setelah tiga hari berlalu, Syafiah kembali ke pesantren, tapi kali ini hanya Abinya saja yang mengantarkannya. Syafiah juga membawa beberapa makanan ringan dari hasil belanjaannya disupermarket saat diperjalanan menuju pesantren.

Kali ini Syafiah tidak merasa terpaksa harus masuk pesantren, ia dengan senang hatinya dan menyambut dengan gembira kedatangan dirinya sendiri dipondok, tentu itu dikarenakan ada salah satu santri laki-laki yang sudah berhasil membuat dirinya ingin tetap tinggal.

Hasbi.

Satu nama itu mampu menyihir dirinya, hingga membuat semua jaringan sel diotaknya hanya mengingat pada laki-laki itu, tidak ada yang lain.

Syafiah kira semuanya akan tetap sama, bertemu dan berpapasan dengan Hasbi dan saling melempar senyum satu sama lain, hingga membuat Syafiah merasa bahagia. Namun, semua itu kini harus luntur atau bahkan hilang. Tidak ada lagi Hasbi yang selalu tersenyum padanya jika berpapasan, tidak ada lagi sapaan singkat ketika dirinya mengantar Nazma untuk bertemu dengan Hasbi. Semua itu kini sirna begitu saja.

Terbukti pada saat Syafiah sedang diperpustakaan sekolah, gadis itu tengah meminjam buku dan menulis daftar kunjungan dirinya di buku perpustakaan, dan Hasbi yang kala itu juga sedang ingin mengembalikan buku yang dipinjamnya. Sehingga membuat keduanya bertemu secara kebetulan seperti biasanya. Namun tidak ada lagi senyuman saat Syafiah melempar senyum pada laki-laki itu, tidak ada juga sapaan singkat seperti biasanya.

Tapi anehnya, Syafiah justru merasa Hasbi tersenyum pada Salwa saat gadis itu menemaninya untuk meminjam buku, dan diperhatikannya, Salwa juga membalas senyum Hasbi. Syafiah sempat tidak suka kala melihat itu, ia merasa ada sesuatu yang terjadi selama dirinya pulang dan tidak ada disini.

Tapi apa? Syafiah tidak merasa melakukan kesalahan, hingga membuat laki-laki itu seperti menghindarinya.

Namun, semua kebingungannya seperti terjawab ketika mereka sedang berada dikamar asrama.

"Asyiknya yang bakal jadi sepupuan." Ucap Afifah kala itu.

"Sedikit lagi jadi orang Bandung nih ya ... " Tambah Firda juga, dengan senyum menggodanya pada Salwa.

Syafiah yang sedang berusaha menghafal tajwid, karna nanti malam ia akan dites oleh salah satu pengurus santriwati, kini kebingungan sendiri mendengarnya.

Yang Syafiah lihat sendiri, Salwa hanya senyum-senyum saja ketika dirundung godaan oleh teman kamarnya. Nazma pun sama, gadis itu menggoda Salwa hingga membuat kulit putih wajah Salwa memerah karena godaan mereka.

Syafiah yang tidak mengerti jalan obrolan mereka pun mengangkat suara untuk bertanya langsung.

"Siapa yang jadi orang Bandung?" Tanya Syafiah bingung.

"Salwa lah, siapa lagi," jawab Afifah.

Syafiah mengerutkan dahinya, "bukanya Salwa itu orang Jawa ya?" Ucap Syafiah seingatnya.

"Iya, tapi berhubung sekarang udah jadian sama Hasbi, dan otomatis udah jadi calon orang Bandung, sama calon sepupu Nazma juga." Balas Afifah lagi.

Apa?

Tunggu!

Apa yang Afifah bilang?

Apa Syafiah tidak salah dengar? Apa tadi katanya, jadian? Sama Hasbi? Siapa yang dikatakannya sudah jadian dengan Hasbi? Salwa maksudnya?

"Ini ... Kalian bercanda ya?" Tanya Syafiah, heran juga memikirkannya. Bagaimana bisa Salwa jadian dengan Hasbi? Bagaimana caranya!

"Serius Syafiah." Kali ini Nazma sendiri yang menjawab.

Jodoh Pilihan Abi°END°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang