Seusai sholat subuh plus wiridan juga mengaji Qur'an, kini Santriwati digiring untuk sarapan yang sudah disiapkan oleh sang pengurus asrama.Alis Syafiah sempat terangkat melihat lauk pauk yang akan ia santap pagi ini. Hanya ada tempe dan kangkung, yang benar saja?
"Kenapa Syafiah? Kok gak diambil makanannya?" Tanya Nazma.
"Ini, ... Cuma makan sama tempe dan kangkung doang? Gak ada yang lain gitu?" Tanya Syafiah dan membuat santriwati lain yang sedang makan menertawakannya.
"Heh santri baru, ini bukan restoran yang bisa pesen mau makan apa aja. Makan aja yang ada gak usah banyak mau," cibir santriwati lain.
Nazma hanya tersenyum kikuk pada Syafiah, mungkin merasa tidak enak juga dengan ucapan santriwati lain.
"Ya makanannya emang kaya gini Syafiah, dimakan aja ya?" Tawar Nazma.
"Gak laper," ucap Syafiah menunda lagi piring yang sempat ia bawa, dan setelahnya ia lebih memilih pergi ke kamar asramanya.
Syafiah langsung saja memakai seragam sekolahnya untuk bersiap. Memakai kerudungnya dengan becermin dijendela kamar karna tidak ada cermin disini.
"Menyebalkan," desis Syafiah ketika memakai kerudungnya. "Santriwati disini mulutnya emang gak bisa berkata lembut apa? Gak enak banget buat didenger."
"Lagian bikin emosi mulu orang-orang disini, udah tahu gue masih santri baru, ya gue gak tahu lah."
"Gak betah! Gak betah! Gak betah!" Ucap Syafiah penuh kekesalan yang memuncak.
Kedua mata Syafiah berkaca-kaca sudah siap untuk menetaskan air matanya. Ia menjadi lebih cengeng dan gampang menangis sejak kemarin ia tinggal disini. Sudah berapa kali Syafiah menjatuhkan air matanya karna merasa kesal dan tak betah. Terlebih Syafiah tak bisa berbaur dengan santriwati lainnya.
****
Rupanya hampir setengahnya dari santri dan santriwati di pesantren ini masih sekolah, dan mereka sekolah di SMA Swasta yang didirikan oleh pondok pesantren. Sebenarnya, sekolahnya besar juga, hampir sama dengan bangunan sekolah pada umumnya, jumlah siswa siswinya juga banyak, terhitung jumlahnya mencapai tujuh ratus murid, dari kelas 10 sampai 12.
Syafiah sudah berjalan dengan rombongan santriwati lain yang juga sama berjalan ke arah sekolah.
Jarak dari pondok pesantren dan bangunan tempat sekolahnya berada tak terlalu jauh, bisa ditaksir hanya berjarak tiga meter dari pondok.
Seragamnya tentu saja berbeda, bukan putih abu pada biasanya, melainkan rok panjang kotak-kotak berwarna abu berpolet putih, dan seragam berwarna cream, dan memakai kerudung berwarna abu. Sedangkan untuk siswa laki-laki memakai seragam cream dengan celana abu ditambah peci hitam.
Syafiah terlebih dahulu dibawa ke ruang TU, ia disana diberi LKS dan kartu SPP dan kembali berjalan bersama Nazma dan Salwa karna untungnya Syafiah sekelas dengan teman kamarnya.
****
Salah siapa Syafiah belum makan, kini perutnya justru meminta di isi ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Guru bahasa Arab didepan tengah menjelaskan tentang hukum fi'il, tapi Syafiah sama sekali tidak bisa fokus karna perutnya yang terus menerus meminta untuk segera diisi.
Ini adalah pertama kali baginya berangkat sekolah dengan keadaan belum sarapan, karna sudah terbiasa jika dirumah, Syafiah akan makan dahulu hingga membuatnya bisa fokus ketika belajar. Tapi sekarang?
"Pak," panggil Syafiah dengan tangan yang terangkat.
"Ya?" Jawab guru bahasa Arab itu berbalik menatap Syafiah yang duduk dibangku paling belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Abi°END°
Puisi"Cinta itu belajar untuk menerima, apa yang sudah diberikan pada kita, terima saja. Mungkin itu yang terbaik dari yang terbaik, setidaknya kita sudah menerima" Aisha Alfiah. **** "Cinta tak perlu batasan, tapi cinta memerlukan waktu, juga proses yan...