Chapter 12

2.7K 321 25
                                        

Semenjak Cindy sekolah di tempat yang sama lagi denganku, aku kembali dekat dengannya. Kalau ke kantin selalu dengannya, kecuali saat aku sedang malas ke kantin, maka dia akan pergi dengan teman yang lain. Saat kembali ke kelas, dia akan membawakan aku roti dan minuman yang dibelinya di kantin atau koperasi sekolah. Saat dengan Caca, aku yang selalu menuruti yang dia mau. Kalau dia malas ke kantin, aku yang akan membelikannya apapun yang dia mau. Sekalipun aku sedang malas, aku akan memaksakan diri demi dia.

"Ta, makan nasi goreng, yuk," ajak Cindy seraya berjalan terlebih dahulu menaiki anak tangga menuju kantin Bunda. Aku mengikutinya masuk ke kantin yang sudah ramai. Setelah membeli makanan dan minuman untuk dimakan, kami segera mencari tempat duduk. Untungnya ada siswa yang telah selesai makan dan segera memberikan tempat duduknya. Sepertinya mereka tiba di sini bahkan sebelum bel istirahat berbunyi.

Aku segera duduk dan kebetulan sekali posisiku menghadap ke meja kantin sebelah dan aku melihat pemandangan yang membuatku merasa rindu dengan sosoknya. Aku berusaha fokus dengan makanan yang ada di meja namun mataku selalu berusaha untuk memandangnya. Dia sepertinya menyadari aku yang ada tidak jauh darinya. Kami saling tatap hingga beberapa saat sampai seseorang menegurku. Perhatianku jadi teralihkan sesaat dan berhenti memandangnya.

"Hai, Kak Tara," sapa Putri, adik kelas yang merupakan anggota tim basket sekolah, "hai, Kak Cindy," imbuhnya seraya duduk di hadapan Cindy.

"Hai," sahut kami bersamaan. Aku kembali memandang ke arah seseorang di seberang sana yang kini tersenyum padaku. Aku balas tersenyum padanya.

"Makan dulu, Ta. Memandangi dia tidak akan membuatmu kenyang," tegur Cindy yang menyadari kenapa aku hampir tidak menyentuh makananku.

Aku tertawa kecil menyadari aksiku ketahuan oleh orang lain. Aku kembali memandang Caca sambil menyuapkan makanan ke mulutku. Dia menyuarakan 'hai' tanpa suara padaku, aku membalasnya dengan cara yang sama. Aku menunduk menyembunyikan senyumku dan rasanya hari ini aku merasa sangat beruntung karena pergi ke kantin.

"Kak Tara kenapa? Kok senyum-senyum sendiri?" tanya Putri heran. Cindy hampir tersedak karena menahan tawa.

"Dapat jackpot," sahutku santai masih dengan senyum yang tak bisa lepas.

~

Hari ini timku mengikuti seleksi babak pertama turnamen basket antar SMA/sederajat yang diadakan oleh salah satu kampus di Jakarta. Pada saat technical meeting beberapa hari lalu, sekolahku mendapatkan giliran bermain di hari pertama dengan melawan SMK Gelatik. Timku cukup percaya diri menghadapi tim lawan kali ini karena tim sekolah kami merupakan salah satu sekolah yang diunggulkan di setiap pertandingan basket.

Jadwal pertandingan untuk tim kami dimulai jam 15:30, untuk itu kami sebelumnya diminta langsung menyiapkan lebih dahulu segala sesuatu untuk pertandingan sejak sebelum berangkat sekolah. Kami tidak diizinkan pulang ke rumah begitu sekolah selesai. Katanya supaya tidak membuang waktu dan tidak ada yang terlambat datang ke tempat pertandingan. Kesiapan dan kelengkapan anggota tim menjadi tanggung jawabku sebagai, ehem kapten ehem. Aku harus memastikan semua sudah siap dan lengkap sebelum berangkat.

Alisha Az-zahra : Good luck, Tara.

Sebuah pesan singkat dari seseorang yang seketika memberikanku semangat untuk bertanding hari ini. Aku seketika merasa bahagia sekali namun aku harus mempertahankan image sebagai seseorang yang cool jadi aku hanya bisa memendamnya dalam hati dan menyalurkannya dalam energi saat bertanding. Aku bermain seolah mendapat energi tambahan, dan mempengaruhi permainan teman-teman lainnya yang jadi ikut bersemangat mencetak skor hingga 70-22 untuk kemenangan kami.

"Gila, Ta. Semangat sekali mainnya, padahal baru babak penyisihan. Kasian musuh yang langsung terlihat putus asa melihat permainanmu. Aku saja hampir kewalahan mengimbangimu," ucap Resti seraya menghabiskan air minumnya dengan cepat.

Denial (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang