Chapter 33

1.9K 202 16
                                    

Aku memilih untuk menginap di apartemen Cindy selama aku ada di Jakarta, sedangkan Nuga di hotel bersama keluarganya yang lain. Aku dan Nuga berangkat Jumat malam jadi ada waktu di hari Sabtu untuk bersantai. Di Sabtu yang tidak cerah-cerah banget ini, aku dan Cindy pergi makan siang di mall terdekat sekalian jalan-jalan. Sudah lama kami berdua tidak jalan berdua. Kangen juga dengan cindo satu ini.

Kami memilih makan di resto yang biasa dikunjungi zaman SMA dulu. Walaupun tentunya ada perubahan di interior dan eksterior resto ini, tetapi untuk urusan rasa, hmmmm sama berubah juga.

"Kok tidak seenak dulu, ya?" tanyaku seraya menyeruput kuah sup iga pesananku.

"Masa sih? Sama aja kok. Mungkin karena kamu sudah lama tidak ke sini atau karena aku yang terlalu sering makan di sini jadi terbiasa dengan rasanya," sahut Cindy seraya menikmati iga bakar miliknya.

"Iya kali, ya."

"Hmm kemarin ada sih Ocha menelpon aku, dia bilang mau ke Bandung. Dia mengajak aku ke Bandung bareng, katanya mau ketemu Mami dan adiknya, juga ketemu sama kamu. Aku bilang kamu malah lagi di Jakarta karena ada acara."

"Oh ya? Kok dia tidak bilang denganku?"

"Katanya ponselmu tidak aktif."

"Eh iya, waktu perjalanan ke Jakarta kemarin ponselku mati. Aku lupa nge-charge dan tidak bawa powerbank. Dengan Rain juga?"

"Sendiri katanya. Kayaknya lagi berantem deh mereka."

"Berantem? Tumben."

"Entah deh, Ta. Suaranya agak serak pas nelpon aku kemarin. Habis nangis atau lagi flu, pokoknya kayak tidak bersemangat gitu. Kalau lagi sakit, kenapa dia paksain mau ke Bandung, kan?"

"Aku telepon sekarang deh, ya. Kira-kira dia sudah di mana sekarang."

Aku segera meraih ponsel yang aku letakkan di atas meja dan mencari nama Ocha dari daftar kontak.

"Nanti deh, aku mau beresin makan dulu," ucapku kembali meletakkan ponselku.

"Eh tapi aku penasaran," tukasku kembali mengambil ponsel dan membuka kunci layar.

"Gak jadi, makan dulu. Nanti selera makanku keburu hilang." Aku kembali meletakkan ponselku. "Penasaran ih pengen tahu," ucapku kembali meraih ponselku.

"Tara! Makan dulu! Atau aku ceburin ponselmu ke dalam mangkuk sup!" seru Cindy kesal. Aku segera meletakkan kembali ponselku dan melanjutkan makanku. Tapi aku benar-benar penasaran, karena tidak biasanya mereka datang ke Bandung atau Jakarta tanpa pemberitahuan jauh hari sebelumnya pada kami berdua. Aku hendak mengambil kembali ponselku namun tangan Cindy jauh lebih cepat mengamankan ponselku.

Aku tiba-tiba teringat dengan apa yang ingin aku ceritakan dengan Cindy sejak di perjalanan menuju Jakarta kemarin. Aku menatap ragu ke arah Cindy, entah sekarang saat yang tepat untuk mengatakannya atau tidak.

"Babe, aku ketemu dengan Caca seminggu yang lalu."

Cindy menyemburkan makanan di mulutnya dan batuk setelahnya. Aku menunggunya hingga selesai mengatasi rasa terkejutnya. "Tunggu aku beres menelan makanan dulu kek, jangan asal bikin kaget," gerutunya dengan wajah memerah. Dia menyapu sekitar mulutnya dengan tisu dan membersihkan meja yang kotor gara-gara dia tadi. Aku hanya tertawa pelan dan meminta maaf.

"Ketemu di mana, Ta?" tanyanya seraya menatapku penasaran.

"You won't believe me, baby. Dia sekarang kerja di kantor yang sama denganku. Dia berhenti kerja dari perusahaannya yang lama di Jakarta dan memutuskan pindah ke Bandung."

"Kok bisa? Apa karena dia tahu kamu ada di Bandung?"

"Tidak. Dia pindah karena akan segera menikah dan tinggal di Bandung."

Denial (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang