Chapter 15

2.6K 294 29
                                    

"Untung hari ini tidak ada jadwal latihan. Bisa-bisanya rapat OSIS dadakan begini, biasanya sebar gosip dulu," ucapku saat dapat chat dari Dina yang memberitahu rapat OSIS diadakan siang ini sepulang sekolah. Aku membayangkan rapat yang membosankan dan melelahkan karena diadakan saat pulang sekolah, saat di mana seharusnya aku bisa berbaring di kamarku dengan nyamannya. Atau menonton film sambil menikmati cemilan di ruang tengah. Cuaca cukup panas pula hari ini. Aku menghela nafas frustasi.

"Makan dulu, Ta. Nanti kalau telat makannya, maag kamu kumat. Nanti saat istirahat kita makan dulu. Kamu mau makan apa?" ucap Cindy sambil mencatat materi yang tertulis di papan tulis.

"Hmmm mie ayam."

"No! Yang lain, Ta."

"Hmmm bakso."

"No! Sejenis itu sih. Nasi goreng, ya."

"Bosan."

"Ya sudah apa?"

"Sushi."

"Ta, ini kantin sekolah. Jangan aneh-aneh deh."

"Hmm yang tidak ada apa, ya?"

"Ta!"

"Roti saja deh, sama kopi."

"Rotinya tiga."

"Mohon maaf nih sebelumnya, kamu kasih makan makhluk macam apa sampai sebanyak itu? Roti dua saja."

"Hehehe buat cadangan. Ya sudah dua saja, mau yang di koperasi atau di kantin?"

"Koperasi saja, lebih enak. Kopinya yang kemasan botol, ah kamu tahulah yang mana kesukaanku."

"Aku yang belikan nih?"

"Iya, kan kamu yang nyuruh aku makan."

"Lah? Kan demi kesehatan kamu juga, Ta."

"Demi kesehatanku, belikan, ya," pintaku sambil tersenyum padanya. Cindy menghela nafas dan akhirnya mengiyakan permintaanku.

"Rapat tentang apa sih, Ta? Kok dadakan begitu?"

"TIdak tahu juga, kabarnya sih rapat untuk acara ulang tahun sekolah."

"Lomba-lomba seperti tahun kemarin?"

"Mungkin."

"Hmm oke. Sudah bel istirahat, aku ke koperasi dulu. Mau ikut?"

Aku diam sejenak untuk berpikir. Aku tiba-tiba teringat kejadian di UKS waktu itu, aku seketika menggelengkan kepalaku. "Tidak, aku di kelas saja. Aku belum selesai mencatat materi di depan," sahutku sembari menunjuk papan tulis dengan pulpenku, "nih uangnya." imbuhku seraya menyerahkan selembar uang yang langsung diambil Cindy. Dia segera keluar kelas menuju koperasi siswa.

Aku sebenarnya sudah selesai mencatat sejak tadi, tapi aku mencari alasan saja untuk tidak ikut bersama Cindy ke koperasi. Kecil kemungkinan memang aku akan kembali melihat hal yang sama karena tidak mungkin sepertinya mereka selalu ke UKS untuk melakukan itu setiap hari. Setiap kali melewati area itu, aku selalu teringat pemandangan yang aku lihat dari celah tirai UKS itu.

"Panggilan kepada ananda Renata Alexandra, kelas XI-IPA-1. Harap segera ke ruang piket. Sekali lagi panggilan kepada ananda Renata Alexandra, kelas XI-IPA-1. Harap segera ke ruang piket."

Sebuah panggilan terdengar menggema ke seluruh penjuru sekolah. Ada apa Renata dipanggil ke ruang piket segala? Bikin masalah? Lah tapi kenapa ke ruang piket, bukan ruang guru atau ruang BK? Aku segera keluar kelas dan bersandar di pagar depan kelas sambil menunggu Cindy datang. Biasanya panggilan siswa seperti itu karena ada masalah, kan? Yang sering keluar masuk ruang BK biasanya juga Ocha, entah apa saja kelakuannya.

Denial (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang