8. DRESSED

100K 11K 1.2K
                                    

Drrrttt! Drrrrttttt!

Ponsel yang berada di sisi bantal besar itu bergetar, tangan Raga refleks meraba ke samping kiri. Merasa terganggu, ia pun menelungkupkan ponselnya sehingga getaran itu berhenti secara otomatis.

Drrrttttt! Drrrrrrttttttttt!

Raga menyibakkan selimutnya kesal, kemudian menaikkan penutup matanya ke dahi. Sayup-sayup ia lihat wajah Melvin tertera dalam layar ponsel, cowok itu pun mengangkat panggilannya.

"Ada apaan? Ganggu orang tidur aja lo!" sapa Raga seperti biasa, tidak ramah.

"Gue baru aja telpon, bangke? Btw, ini udah mau jam empat. Lo ... gadang lagi semalem?"

"Hm, kayak gatau tentor gue aja lo." Raga beranjak duduk, merasa hilang minat dengan acara tidur siang menjelang sorenya.

Iya, semalam Raga harus belajar hingga jam tiga pagi. Sudah berusaha untuk tidur setelahnya, tetapi yang ia lakukan justru hanya berguling-guling ria di atas ranjang.

"Pura-pura ajarin gue, terima gaji dari nyokap, terus pulang aja lo!" ketus Raga kala itu.

Namun, Tentor Raga justru menjawab, "Tugas saya di sini itu bimbing kamu tanpa kecurangan apapun yang nantinya dapat memperburuk citra Bu Sabita dan PNeVille. Jadi, tidak usah banyak protes dan lakukan seperti apa yang saya minta!"

Terdengar tawa dari sebrang sana, lalu diikuti pekikan beberapa orang yang sepertinya sedang berenang. "Kapan ke sini, Ga?"

"Lo lagi di mana?" Raga berjalan keluar kamar dengan boneka Squidward sebesar bantal.

"Rumah Manda lah, sekarang kan birthday nya dia. Jangan bilang, lo lupa?"

"Oh, ga lupa sih. Tapi, pikiran gue masih di kimia." Raga duduk di meja makan, masih memeluk boneka Squidward dan penutup mata hijau Squidward di keningnya.

"Ambis banget Nyokap lo, ga kayak Nyokap Bokap gue yang bodo amat soal gue."

"Yaaa, lo mah enak."

"Ga ada yang lebih enak, Ga. Nyokap lo terlalu terobsesi buat jadiin lo sempurna, sementara Nyokap gue terlalu masa bodo sama kehidupan gue. Lo terlalu dipeduliin, sementara gue terlalu diabaikan. Udah ngerti kan di mana letak kesamaannya?"

"Iya, sama sama pakai kata terlalu. Sesuatu yang berlebihan emang nggak bagus--"

"Ada lah--"

"Duit," sela Raga menerka kata-kata yang akan Melvin ucapkan, dan ternyata benar.

Cowok di sebrang sana tertawa. "Ya udah, gue tunggu lo dateng. Manda cemberut terus dari tadi, dikira lo lupa kali."

"Yoi," Raga menutup telponnya secara sepihak, padahal seseorang di sebrang sana sepertinya masih ingin mengatakan sesuatu.

Cowok dengan tubuh kekar berbalut piyama hitam bergambar lukisan squidward kecil-kecil itu menoleh ke sekeliling, mencari Bik Ini yang mungkin saja ada di dekatnya.

"Bik Ini, sarapan!" teriak Raga seperti anak kecil.

"Udah sore, Den. Mau malem ini," Bik Ini muncul dari arah penyimpanan makanan yang bersekat rak almari selebar dua meter.

"Raga baru bangun, jadi ya sarapan. Ayo, Bik. Udah laper ini," ucap Raga mengelus perut squidward.

***

"Wow, wow, wow, lo kayak incess deh, Se. Gue suka dress lo, " Kelly memutar-mutar tubuh Sea untuk melihat detail dress hitam yang Sea kenakan.

"Rancangan mana, Se? Prada? Dior? Versace? Vuitton? Ralph?" Kelly mencoba melihat merk dress Sea di leher belakang. "Gucci? Chanel--"

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang