53. AGENDA

73K 9.8K 1.7K
                                    

Raga memalingkan kepalanya yang kini tertutup kardus kecil seukuran helm, dia malu setelah mendengar penjelasan Sea. Raga salah paham, saat itu Sea sedang asma dan tidak mendengar ucapannya.

"Ga," panggil Sea menarik bahu Raga agar mau menghadapnya.

"Sebentar, gue lagi malu." Raga menurunkan kardus yang menutupi wajahnya, cowok itu semakin bergeser ke ujung bangku taman belakang sekolah.

"Hish," Sea terkikik geli. "Sini, dibuka dulu kardusnya."

"Sebentar, lagi malu banget." Raga keukeuh menghindari Sea, setiap kali Sea hendak membuka kardus, Raga selalu mampu menutupi kepalanya rapat-rapat.

Raga seperti anak kecil saat sedang seperti ini. Jujur saja hal itu hanya ia tunjukkan kepada Sea, hanya gadis itu yang mampu membuat Raga mengeluarkan segala sifat aslinya.

"Guritaaaa," Sea mulai jengkel meski sesekali ia tertawa. "Ayo ngobrol," sambungnya menggoyangkan bahu Raga.

"Nanti aja, gue malu banget sempet ngerasa mantan sepihak." Pantat Raga kian bergeser hingga ia hampir terjatuh, Sea mengulum senyum menahan tawa.

"Jangan kayak gini ih." Sea menarik Raga ke tengah bangku taman.

"Bisa balik ke beberapa hari sebelumnya gak sih? Mau diulang dari awal aja."

"Hiiih, pengen gue semprot pake baygon lo, cape banget sumpah. Lo tuh kenapa selalu simpulin semuanya sendiri sih? Nggak cuma sekali, tapi udah berkali-kali, Ga. Penyakit nih pasti."

"Dulu lo juga nyimpulin sendiri kalau Kak Samu pacar gue, terus sekarang apa? Putus? Hah? Mau putus? lo bahkan bahas itu di telpon, ga sopan banget lo bangsul!"

"Nggak tau apa gue kangen banget sama lo, berkali-kali gue nahan buat chat atau telpon lo karena takut bakalan ganggu lo. Gue pikir Tante Sabita sitain hape lo atau apalah itu, eh malah, hiiiih, sumpah, pengen gue lempar ke rawa rawa."

"Maafin gue, Laut. Gue juga pengen telpon lo lagi, tapi ... ga jadi."

"Miskomnya parah banget lo bikin hamil dikit," seloroh Sea sekenanya.

Raga refleks melepas kardus yang menutupi kepalanya, ia langsung menghadap Sea panik. "Lo hamil? Anak siapa? Pelakunya, jangan bilang gue--"

"Canda!" potong Sea. "Polos banget ternyata."

"Siapa yang polos? Gue pernah baca manga hentainya Oza. Gaya apa aja gue tau kok, udah liat banyak tutorial juga di google."

"Ozaa?" Sea terbelalak, sedikit tidak percaya jika Oza memiliki sisi yang terlalu kecowokan. "Bentar, lo suka nonton kayak begituan?"

"Normal, Sea. Kalau enggak kek gitu malah harus dipertanyakan, cowok kan tugasnya mimpin pas lagi ... gi-tu-an."

"Lo? Ih, kok jorok banget sih?!"

Raga berdeham, berusaha mengalihkan topik pembicaraan dan meluruskan masalah. "Jadi, kita nggak jadi putus?"

"Putus pantat lo, orang cuma lo doang yang nganggep putus. Bisa-bisanya lo mikir kayak gitu? Gue mau heran tapi lo Raga."

"Ya lo kenapa ga kabarin gue lagi setelah itu? Malah diem-diem aja."

"Elo yang tiba-tiba mutusin sambung telpon, sekarang mau nyalahin gue?"

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang