52. PUTUS SEPIHAK?

69.1K 10.6K 2.4K
                                    

PLUNG! BUGH! SRRRT!

Manda menenggelamkan diri di kolam rumah Melvin, cowok itu baru saja mengajak Manda ke rumahnya untuk refreshing, tetapi Manda malah berusaha menyakiti diri sendiri dengan cara seperti itu.

"MANDA!" Melvin berlari memasuki kolam dan menolong Manda untuk naik ke permukaan.

"LEPASIN!" sentak Manda terisak. "GUE MAU LUPAIN AGA, MEL! GUE MAU LUPAIN DIA!"

"Tapi nggak kayak gini caranya!" Melvin menarik pinggang Manda kuat-kuat.

"Gue, gue udah berusaha lupain Aga, tapi ga bisa." Manda semakin terisak, sementara Melvin membawanya ke tepi kolam dan mengangkat tubuhnya ke lantai.

Kepala Manda menunduk menatap Melvin yang masih berada di dalam kolam. Tangan kekar itu bergerak menggenggam tangan Manda. "Gue yang bakalan bikin lo lupa sama Aga, jadi jangan kayak gini."

Manda menggeleng, masih terisak. Melvin pun mengusap pipi Manda, seraya berkata, "Lo berhak bahagia, dan tanpa Aga pun lo bisa, Nda. Percaya sama gue sekali ini aja, hm?"

"Jangan lakuin ini lagi ya?"

Detik yang sama, tetapi di tempat yang berbeda. Sea membereskan barang-barang di rumahnya, juga benda-benda penting peninggalan Kak Samu.

Gadis itu berencana untuk menjual rumah beserta cafe milik keluarganya, toh ia sudah tidak bisa tinggal di sana lagi, Kak Samu sudah pergi, Papa mendekam di penjara, sedangkan Anang si penghianat itu tidak tau kini berada di mana.

Sea memasukkan foto, berkas, dan dokumen dokumen penting ke dalam kotak berukuran besar, kemudian kembali ke markas Lavegas karena di sana tempat teraman yang ia miliki.

Sea membuka pintu menggunakan kartu pemberian Raga saat dulu pertama kali ia memutuskan untuk tinggal di sana sementara waktu. Gadis itu memasuki markas bersama kotak besar di kedua tangannya.

Karena pinggang hingga kepalanya tertutup kotak besar, Sea kesulitan untuk melihat jalan sehingga akhirnya tak sengaja menabrak seseorang.

Kotak di tangan Sea terjatuh tepat saat pintu markas tertutup secara otomatis. Lalu, figur Dean berdiri di depannya pun terlihat dengan jelas. Dean refleks membungkuk untuk memungut barang-barang Sea.

Gadis dengan tubuh berbalut jaket kulit hitam kebanggaan Lavegas itu termenung selama beberapa saat, lantas ikut memungut barang-barang yang berserakan di lantai.

"Lo ngapain ke sini? Kenapa bisa masuk? Lo udah bukan anak Lavegas, 'kan? Jangan bilang, lo bobol pintunya ya?" cerocos Sea sembarangan.

Dean tersenyum kecil, melihat Sea sedikit cerewet padanya membuat hatinya berbunga, meski hanya sepuluh persen. "Kode pintunya masih sama, jadi ya, gue bisa masuk."

"Heih, untung ketahuannya sama gue, kalo ketahuan sama Raga lo bisa habis sama dia."

"Gue bisa lawan Raga, Sea." Dean meletakkan barang-barang yang ia ambil ke dalam kotak cokelat.

"Terus, kenapa waktu itu nggak ngelawan?"

"Karena lo nggak suka."

"Hah? Maksudnya, lo rela digebukin cuma gara-gara gue nggak suka Raga disakiti?"

"Mungkin," Dean memberikan kartu milik Samu setelah selesai membereskan kekacauan tadi. "Gue ke sini cuma mau ngasih ini."

Sea menerima kartu tanda penduduk milik Samudra. "Kenapa bisa ada di elo?"

"Manda yang ngasih."

"Kok bisa ada di dia?" Sea mengamati kartu itu dengan saksama, memang miliki kakaknya.

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang