39. SQUIDY

84.3K 12.8K 10.7K
                                    

"Sea punya Lavegas sekarang!" Jay mengulang-ulang ucapan Raga dengan logat yang sama, tapi lebih terdengar dipaksakan seperti hendak buang air.

"Awas keluar dari bawah," tegur Veron terkikik geli.

"LO!" Raga menampoli kepala Jay dan Veron menggunakan buku yang Oza berikan. "Pulang aja sana!"

Tidak mendengarkan Pak Ketua, Jay dan Veron malah ber akting, mengulang kejadian saat Sea melepas bajunya dan Raga menariknya untuk melindungi gadis itu.

"Pergi lo pada!" kata Jay memeluk Veron, lagi-lagi mengikuti logat Raga yang terlalu dipaksakan.

Lalu, adegan berikutnya adalah Jay yang berusaha mengangkat Veron seperti saat Raga menggendong Sea, tetapi tidak kuat dan malah berakhir terjungkal bersama.

Raga mendesis kesal, cowok itu nyungsep ke sofa dan menyembunyikan kepalanya di antara bantal sofa. Raga berteriak, melampiaskan perasaan kesalnya karena Jay dan Veron terus menjahilinya.

"Gapapa, Ga. Lavegas butuh Ratu setelah sekian lama kosong." Veron tersenyum sambil memainkan alis.

"Kayak hati aing, kosong. Jiakkh."

Jay dan Veron ikut duduk di sofa, menyudahi acara mengejek Raga daripada nanti mengamuk minta squidward.

"Btw, gue masih ga nyangka kalau Dean pengkhianat." Veron berujar mengingat kejadian tadi.

"Bener weh, pantes aja setiap ada kegiatan penting dia ga pernah ikutan."

"Gue masih sakit ati banget waktu dia kurung kita di gudang, sementara anak-anak Veritas pada ngerusuh di sekolah."

"Bener tuh, nusuk dari belakang. Apa lagi ternyata Sea anak Veritas juga, berasa kena tampol atas bawah kanan kiri depan belakang."

"Kalo Sea, gue udah tau dari lama." Raga akhirnya mengaku.

"Jadi, dari awal lo udah tau, Ga? Demi?" Jay mengheboh.

"Ooo, gara-gara itu juga lo suka panggil Sea Penyusup?" Veron mengingat-ingat.

"Wah, tega lo ga kasih tau gue."

"Lo tau dari mana, Ga?" tanya Oza.

"Dean," jawab Raga singkat.

"Aaanjiing!" Kompak Jay dan Veron.

"Ngomong-ngomong, Meng kemana?"

"Di atas, sama Sea." Raga menunjuk ke atas dengan gerakan mata, ia dapat menebak jika saat ini juga Melvin sedang berlutut di hadapan Sea.

Dan benar saja, Melvin terus berkata maaf sambil bersimpuh di depan Sea. "Kalau perlu, gue mau cium kaki lo biar dimaafin."

"Bitches?! Geli tau nggak? Iya, iya, gue maafin. Berdiri buruan!" Sea mundur menjauhi Melvin.

"Tanda tangan dong," Melvin mengajukan buku dan pena, menyodorkan surat perjanjian yang tidak dapat Sea baca karena gaya tulisannya terlalu kedokteran.

"Buat apa?"

"Bukti biar Aga percaya."

"Aneh-aneh aja kalian!" Sea pun memilih menandatanganinya agar masalah itu segera terselesaikan.

"Thanky," Melvin akhirnya pergi dengan senyum menawan yang baru pertama kali Sea lihat.

"Bisa senyum juga ternyata."

Sea menutup pintu kamar setelah memastikan Melvin benar-benar pergi dari sana.

Gadis dengan josie sporty set hitam itu menghitung dengan jari. "Oza, Jay, Veron, Melvin, udah pada minta maaf ke gue, tapi Raga kok enggak? Padahal kan, dia yang paling jahat sama gue?"

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang