Lika menyemprotkan selang menyala pada Manda yang terikat di pilar penyangga gedung kolam renang berukuran besar, gadis itu langsung gelagapan dengan mata memerah ingin menangis.
"Stop!" kata Sea memberi aba-aba pada Lika. Gadis yang duduk di kursi kayu dengan kaki menyilang itu melipat tangannya di bawah dada, sangat santai.
"Lepasin gue!" sentak Manda untuk yang ke sekian kalinya. "Aga dimana?! Kalau sampai lo lukain dia, gue bakalan bikin lo nyesel!"
Sea menurunkan kacamata hitam yang semula menutup matanya, ia tatap Manda lebih intens dari sebelumnya.
"Apaan? Sea nggak paham maksud Manda apa?" ucap Sea meniru logat Manda yang selalu memanggil nama. Sedetik kemudian ia terbahak sendiri, merasa geli.
"Ah, really?" Tawa Sea langsung mereda, ekspresinya berubah serius. "Jijik banget!"
"Gue bakalan laporin lo!" sentak Manda tegas, tetapi terdengar ketakutan di telinga Sea. "Lo mau masuk penjara hah?! Papa gue ga bakalan diem aja liat gue diginiin--"
"Papa?" Sea memotong ucapan Manda, dia tersenyum singkat. "Papa Bandar lo, atau Papa Pecandu lo?"
Manda melebarkan matanya, tubuhnya bergetar hebat. Dari mana Sea tahu? Ah tidak, sejak kapan ia tahu jika Papa tiri Manda adalah Bandar?
"Kenapa? Kaget ya?" Senyum smirk Sea semakin mengembang pesat. "Gimana kalau orang-orang tau, lo yang suka ngatain gue Putri Pecandu, tapi ternyata lo sendiri Putri Bandar."
"SEA!" bentak Manda sambil memberontak. "LEPASIN GUE!"
"Ogah, kan yang ngiket bukan gue," ucap Sea mengedikkan bahu sambil melirik ke arah Lika, seolah sedang memberitahu jika Lika lah pelakunya.
"LIKA!" bentak Manda semakin menjadi-jadi. "LEPASIN GUE!"
"Nggak bakalan mau," Sea menginterupsi, gadis itu berdiri dan mendekati Manda. "Dia babu gue sekarang."
"LO EMANG UDAH GILA!"
"Ngomong sekali lagi, gue warnain tangan lo!" Sea memainkan cutter di tangannya, gadis itu berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Manda.
"LEPASIN GUE--AKHHHH!" Manda berteriak saat Sea menggores tangan kirinya menggunakan cutter.
"Udah gue bilang kan? Mau ngomong lagi?" Netra Sea terangkat, menatap wajah ketakutan Manda.
"Gue bakalan bikin lo nyesel--akkhh!" Manda kembali merintih, Sea benar-benar menggores tangannya hingga mengeluarkan darah segar.
Manda ingin memprotes lagi, tetapi ia tidak berani berkutik. Dua goresan cukup membuatnya memilih membisu di hadapan Sea, meski sebenarnya Manda ingin sekali meneriaki gadis itu.
Sea mengangkat kepalanya menatap Manda, wajahnya sudah memerah, netranya juga senada dengan air menggenang di pelupuk mata.
"Pecandu, selfharm, atau masuk rsj.. pilih!" titah Sea dengan nada penuh intimidasi di setiap katanya.
Manda hanya menggeleng, tanda menolak segala pilihan Sea.
"Ah, semuanya ya?" terka Sea disusul senyuman khasnya yang menakutkan bagi Manda.
Sea kembali menarik tangan kiri Manda. "Selfharm," ucapnya sambil memberi goresan tipis di pergelangan tangan Manda.
"Sakit," rintih Manda. Ia benar-benar ingin pergi dari sana, menjauhi gadis gila seperti Sea.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGASEA (END)
Teen FictionSUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA/ TOKO BUKU ONLINE TERPERCAYA Bagaimana jika ia yang selalu menyakitimu, tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang sangat peduli padamu? Bagaimana jika ia yang selalu bersikap kasar dan arogan, tiba-tiba berubah men...