49. EGOISME

70.4K 10.6K 2.1K
                                    

Sea sesenggukan sendiri melihat Raga tidur di brankar rumah sakit, karena ulah Kak Samu. Kenapa selalu rumah sakit? Sea benci aroma di tempat itu, ia muak.

Sudah empat jam Raga terdiam di posisinya setelah diberi kejut jantung, Sea semakin khawatir dibuatnya. Sea terus menggenggam tangan Raga, memintanya untuk segera bangun, tetapi Raga tidak membuat pergerakan sedikitpun.

"Mama Aga masih di Thailand, ga bisa dihubungi." Oza memberitahu, tetapi tidak ada respon dari Sea. "Gue keluar dulu ya?"

"Hm," jawab Sea tanpa melihat Oza.

Oza pun keluar, menatap Veron, Melvin, Jay, dan Dean, yang duduk di kursi tunggu depan ruang rawat Raga. Tadi, Dean lah yang pertama kali menemukan Raga, cowok itu bahkan menggendong Raga di punggungnya dan berlari ke UKS usai memberi CPR.

"Kita pulang dulu aja, tunggu kabar dari Sea. Kita kasih ruang ke mereka," usul Oza yang diangguki oleh semua orang.

Derap langkah seseorang mendekat, Ivy berhenti di dekat kursi tunggu dengan napas tak beraturan. Matanya memerah, gadis tomboy itu terlihat ingin menangis.

Oza berdiri melihat Ivy yang tampak aneh, lalu detik kemudian Ivy berlari memeluk Oza dan menangis. "Gue putus."

"Augh," Jay menutup matanya, anti melihat pasangan mellow.

"Harus banget ya di depan gue?" tanya Veron beranjak pergi.

Melvin mengusap pangkal hidungnya, lantas berucap, "Gue pergi dulu ya."

Dean yang tidak peka itu masih duduk di kursi, kemudian Jay menyeretnya untuk pergi. "Ga peka banget lo jadi orang."

"Gue masih ada urusan sama Sea--"

"Udah, sekarang pergi dulu." Jay merangkul Dean dan mengajaknya pergi dari lorong rumah sakit di lantai tujuh itu.

Oza berdiri kaku, sedangkan Ivy malah mengeratkan pelukannya. "Gue yang mutusin."

Oza mengusap punggung Ivy dan berkata lembut, "lo yang mutusin tapi lo yang nangis."

"Dia selingkuh, Jan!"

Oza mengusap kepala Ivy, tubuhnya sedikit menurun untuk mengangkat tubuh Ivy. "Iya, iya, gapapa. Lo masih punya gue, Phi."

Oza berjalan dengan tubuh Ivy di gendongan depan. "Gapapa, ada gue, hm?"

Ivy mengeratkan lingkaran tangannya di leher Oza, hanya cowok itu yang benar-benar ada di sisinya sejak dulu. Suara Oza mampu meredakan segala kegelisahannya.

Detik yang sama, tetapi di tempat yang berbeda. Manda memberontak, ia masih menginginkan obat dan Melvin berhasil menahannya untuk mengonsumsi obat lebih banyak lagi.

Berkali-kali Manda mencoba memukuli kepalanya sendiri, namun dekapan hangat Melvin sukses menghentikannya.

Manda terisak, sementara Melvin terus mengusap kepala Manda, menenangkan. Manda menggenggam kalung pemberian Raga saat acara ulangtahunnya, gadis itu menarik kalungnya hingga putus, kemudian melemparnya ke sembarang arah.

"Gue mau lupain Aga!" ucap Manda.

***

Setelah pulang sekolah, Sea kembali ke rumah sakit. Ini sudah hari kedua di mana Raga masih terbaring di brankarnya.

Sea memasuki kamar dan netranya melebar ketika melihat Raga duduk di atas ranjang. Raga berhenti bergerak ketika seseorang membuka pintu, sepasang mata mereka pun bertemu.

Netra Sea semakin berkaca-kaca, gadis itu bergegas mendekati Raga dan memukul dada kanan Raga pelan. "Lo gila?!"

"Jadi selama ini lo pakai Kak Samu setiap kali ada ulangan?" tanya Sea marah, gadis itu masih memukuli dada Raga. "Lo gila?! Lo mau mati?! Lo mau ninggalin gue kayak Kak Samu?! Iya?!"

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang