47. OVERSINTING

85.9K 12.1K 13.2K
                                    

"Minggu depan ulangan akhir semester dimulai," Bu Emil memberitahu sambil melontarkan kalimat-kalimat saran agar semua murid belajar dengan baik.

Bel tanda istirahat terdengar, membuat beberapa murid bergegas keluar menuju kafetaria. Begitu pula dengan Sea, ia keluar kelas bersama Ivy, Kelly, dan Hyuna menuju lantai satu.

Usai keempatnya duduk di salah satu bangku panjang yang berada di ujung dekat dinding kaca, anak-anak Lavegas datang dan ikut duduk bersama mereka.

"Gabung boleh, 'kan?" tanya Jay terus menatap Hyuna, seolah ucapannya hanya ditujukan pada gadis itu.

"Tiba-tiba?" Kelly berpikir sejenak. "Sejak kapan kita deketan?"

"Hari ini," Raga duduk di antara Sea dan Kelly, membuat beberapa anak bersorak.

Melvin duduk di samping Hyuna dan memberikan sekotak jus jambu. "Lavegas kehilangan banyak anggota, jadi ya kita butuh temen baru."

Ke sembilan orang itu mulai enjoy di kursinya masing-masing, mereka melahap makanan mereka dan sesekali mengobrolkan sesuatu untuk mencairkan suasana.

Sea meletakkan beberapa makanannya ke piring Raga, menambah porsi cowok itu secara terang-terangan. "Makan yang banyak!"

Perhatian? Jelas! Tapi, kenapa Raga merasa ada sesuatu yang berbeda? Nada bicara Sea sedikit aneh, jutek, dan seperti kesal padanya.

"Makasi ayaang." Raga memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya, belum selesai juga, Sea sudah menjejal mulut Raga dengan roti isi.

"Allahuakbar, Sea!"

"Makan yang banyak!" sentak Sea sedikit jutek.

Jay, Veron, dan Melvin yang melihatnya kompak menahan tawa. Sepertinya Sea sudah termakan ucapan Jay sampai sampai kesal seperti itu pada Raga.

Raga menatap Sea sambil menyerongkan tubuhnya menghadap Sea. "Laut, jujur deh. Lo marah sama gue?"

"Makan!"

"Jawab dulu, lo marah sama gue?"

"Kata Jay, lo punya ABS itu gara-gara Manda iya?"

Raga langsung melotot ke arah Jay. "Lo temen anjing!" ucapnya tanpa suara.

"Bener kan?" Sea langsung menarik kesimpulan, gadis itu kembali menjejalkan roti ke mulut Raga. "Gue nggak mau tau lagi, pokoknya sekarang lo makan yang banyak sampai ABS lo ilang!"

Contong! Batin Raga esmosi.

Sesaat kemudian, Dean berdiri di ujung meja panjang tempat ke sembilan anak itu bercengkrama. Suasana mendadak hening, Raga yang terlihat paling tidak ramah.

"Kursinya nggak ada yang kosong," ucap Dean, membuat beberapa anak menatap ke sekeliling dan memang tidak ada yang kosong.

Mungkin karena minggu depan sudah mulai penilaian akhir semester, maka jam pelajaran untuk olahraga dikurangi sehingga kantin terasa penuh hari ini.

Oza menggeser duduknya, mempersilahkan Dean duduk di sampingnya. "Duduk aja."

"Za!" tegur Raga.

"Apa?" Oza membalas tatapan sengit Raga. "Meski Nyokap lo donatur terbesar di sini, bukan berarti sekolah ini punya lo kan?"

Raga mendengus kesal, lantas kembali memakan makanannya sambil membuang muka dari Dean yang duduk berselang tiga orang.

"Pendendam," komentar Veron sebelum menyeruput yogurtnya.

"Jangan kaget, Sea. Raga emang gitu orangnya, sekali kesel sama orang susah buat baikan."

"Nggak kaget sih," Sea menatap Raga sesaat. "Keliatan kok, masih bocah. Tidur aja masih meluk boneka squidward."

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang