45. TAPI BOONG

88.6K 12.4K 14.5K
                                    

"Jadi, cepet kasih tau kenapa nangis?" Sea dan Raga kini duduk di sofa berdua, Raga terus memasang ekspresi cemberut karena merasa sedang dihakimi.

"Yaa ... Pengen aja gitu."

"Boong." Sea menyipitkan mata curiga. "Ada masalah sama Mama?"

"Setiap hari, Laut."

"Utututuuu," Sea mencubit kedua pipi Raga dan memutar-mutarnya, berusaha menghibur cowok itu. "Bocah Squidwardnya Sea kuat banget bisa bertahan sampai sekarang."

Bocah Squidwardnya Sea?! Raga langsung tersenyum, tubuhnya melemas ke samping membuat cubitan Sea terhenti.

"Aaaaa, sakiiiittt." Raga mengusap pipinya, sambil terus tersenyum. "Tapi boong."

"Ish!" Sea mendesis, lalu tertawa pelan melihat tingkah Raga yang mudah lembek seperti mayonnaise.

Raga menggenggam tangan Sea, sangat lembut, membuat ritme jantung Sea berpacu lebih cepat dari sebelumnya.

"Raga sayang Sea," kata Raga sambil tersenyum tulus. "Tapi boong."

Sea tertawa, Raga terlihat sangat menggemaskan hari ini.

"Sea juga sayang Raga," Sea tersenyum malu. "Tapi boong."

"Aaaa, jadian mau nggak? Tapi boong."

"Iyaaaa, mau lah. Tapi boong."

"Aaaaa cantiknya Raga," Raga mencubit pipi Sea pelan. "Tapi boong."

"Aaaaa gantengnya Sea," Sea menyentil kening Raga, hingga Raga mengaduh. "Tapi boong."

"Raga nggak akan pernah selingkuh. Tapi boong."

"Hahahaa, Sea juga nggak akan pernah selingkuh. Tapi boong."

"Raga bakalan selalu lindungin Sea. Tapi boong."

Sea semakin tertawa. "Sea nggak akan ninggalin Raga. Tapi boong."

Jay yang baru meminum di depan kulkas dapur dekat ruang tengah itu memuntahkan segala isi di dalam mulutnya kala mendengar percakapan Sea dan Raga dengan jelas.

Oza yang hampir menuruni tangga pun memilih berbalik arah dan kembali memasuki ruang komputer. Sedangkan Veron merasa mual, cowok itu bergegas pergi ke kamar mandi.

"Bener ya, jangan ditambahin tapi boong." Raga cemberut, lalu memeluk Sea lagi dalam posisi duduk. "Jangan tinggalin gue, Laut. Kayaknya gue bakalan hancur kalau lo pergi."

"Berlebihan ah, kita masih tujuh belas, Ga."

"Terus maksudnya, lo ada rencana ninggalin gue gitu? Aaaaa, jangan dong, jangan. Mau lo pergi kemana pun, gue bakalan cari sampai ketemu. Walaupun harus keliling Mars."

"Hahaa. Iyaaa, Raga yang namanya pasaran banget."

"Apa?!" Raga melepas pelukannya dan menghadap Sea dengan alis menukik.

"Iya emang pasaran kan, nama kok Raga, tubuh, apaan tuh?"

"Ngaca, Mbak! Nama lo juga apa banget. Sea, Laut, apaan tuh? Nggak Selat sekalian, nanti manggilnya La, Lat."

"Baguuuus dong, besok kalau punya anak gue namain Selat."

"Punya anak sama gue yaaa? Mau kan, Laut."

"Iya deh, kalau maksaa."

"Yuk." Raga berdiri menggandeng Sea.

"Mau kemana?"

"Bikin debay!"

Sea melotot dan refleks menendang kaki Raga yang masih sakit. Sementara Raga mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap kakinya.

Sea panik, ia ikut mengelus kaki Raga. "Masih sakit iya? Sebelah mana yang sakit?"

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang