14. PROMISE

84.5K 11.6K 1.9K
                                    

Sea terdorong hingga ke ujung shower yang menyala, tangan Raga terus mencekik lehernya secara agrasif.

Berkali-kali Sea tepuk tangan Raga agar berhenti, tetapi cengkraman Raga justru semakin kuat.

Hampir semua siswa di dalam ruangan itu memilih menyingkir, tidak mau berurusan dengan iblis seperti Raga. Sementara Melvin, cowok itu malah tersenyum puas sambil merekam adegan tersebut.

"Le-pas!" Air terus turun membasahi wajah Sea, menyamarkan setiap tetes air mata yang mengalir secara otomatis lantaran tak kuat menahan sesak di dadanya.

"Tau sakit, kan? Kalau gitu kenapa lo lakuin ini ke Manda?!" Raga melepaskan tangannya dari leher Sea sebelum gadis itu pingsan.

Sea terbatuk-batuk, tangannya terus menepuk dadanya yang teramat sakit. Dalam posisi duduk di bawah guyuran air shower itu, Sea menundukkan kepalanya guna meraih oksigen sebanyak mungkin.

"Gue salah apa sama lo sampai harus dibully kayak gini?!" Sea mengangkat wajah, menatap Raga yang berjongkok di hadapannya.

Sudut bibir kanan Raga terangkat, ia memiringkan kepalanya dan berucap, "Putri Pecandu, emang pantes dibully!"

"Enggak," sangkal Sea. "Lo cuma lagi cari pelampiasan, Raga. Dan kebetulan, itu gue."

"Jangan sok tau lo!" Tatapan Raga semakin sengit. "Lo nggak pantes ada di sini, cewek bitch kayak lo mending ngelacur aja! Mau gue iklanin? Berapa sejam?!"

PLAK! Dalam satu kali hentakan, Sea berhasil menampar Raga kuat-kuat hingga menimbulkan bekas kemerahan di pipi kiri Raga.

Raga mengusap bekas tamparan Sea yang sukses membuat kepalanya menoleh ke kanan. Sea adalah orang kedua yang berani menamparnya setelah Mama.

"Berani nampar gue lo?!" Netra tajam Raga kini menatap Sea lebih tajam lagi.

"Kenapa? Ga trima--" Raga menarik kaki Sea secara kasar, membuat Sea refleks berteriak.

***

"Liat Sea nggak?" Hampir semua murid kelas 11 yang berada di lapangan menjadi korban introgasi Kelly.

Gadis itu terus mengelilingi lapangan, mencari-cari Sea yang tidak kunjung terlihat setelah berpamitan untuk mengambil seragamnya.

"Kelly, jam olahraga bentar lagi mulai. Cepetan ke lapangan tenis," ujar Hyuna menarik tangan Kelly.

"Tapi Sea nggak keliatan, Na."

"Nanti juga dateng," Ivy berjalan mendahului Kelly dan Hyuna. "Ngerepotin aja jadi orang."

"Vy, lo kenapa agak sarkas sih sama Sea?" Kelly memprotes sambil menarik bahu Ivy agar berbalik menghadapnya.

"Perasaan lo aja kali!"

Kelly memegang tangan Ivy. "Vy!"

"Apaan sih?!" sentak Ivy menepis tangan Kelly dan pergi dari hadapan Kelly.

Kelly, cewek yang terkenal ceria itu kini menunjukkan ekspresi berbeda. Kelly cukup kecewa dengan sikap Ivy yang tiba-tiba saja terasa begitu dingin.

"BUKAN TEMEN GUE LO!" teriak Kelly kesal.

Ivy tidak merespon.

"GUE MARAH!" Kelly kembali berteriak. "GUE MARAH SAMA LO!"

Kelly berlari mengejar Ivy, lalu memukul punggungnya kuat-kuat. "Reseh lo!"

Ivy mengusap punggungnya, sembari melihat Kelly yang berlari menjauhinya. "Assh, bocah satu ini."

Hyuna mengulum senyum, menahan tawa melihat sikap Kelly yang cukup kekanak-kanakan. Gadis berambut panjang dengan jepit lidi di pelipis kanan itu pun menyusul Kelly.

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang