51. SI JEALOUS

70.5K 10.3K 1.8K
                                    

Dean menatap tangannya selama beberapa saat, tangan yang sempat Sea genggam dalam waktu yang lama. Wajah gadis itu terus terngiang di memorinya, ekspresi yang cukup sulit ia lupakan.

Dean mengambil kartu milik Samu yang ia simpan di saku celana. Berpikir sementara waktu untuk memberikannya pada Sea, atau menyimpannya sendiri.

"Gue salah, An. Harusnya gue nggak masuk Veritas. Mendingan lo juga ikut keluar," Samu memperingati.

"Kenapa? Apa yang salah?" tanya Dean terkejut melihat Samu berlumur darah.

"Anak-anak Veritas jadi anak buahnya Gio, bandar narkoba paling ditakuti se kota. Termasuk gue, kita cuma dijadiin pion. Lo tau kan tugas pion apa, cuma bakalan dimanfaatin, setelah itu dibuang."

Kala itu, Dean hanya membisu tanpa menganggapi ucapan Samu lebih jauh lagi, ia bahkan menahan Samu untuk keluar dari Veritas dan membantunya berhenti menjadi pengedar secara diam-diam.

"Anak-anak Veritas bukan jadi anak buahnya Gio, Sam." Dean berucap lirih dengan siku tangan menumpu pada meja. "Mereka jadi mata-mata buat cari bukti kuat demi masukin Gio ke penjara."

"Harusnya gue jelasin itu lebih awal ke elo," Dean menundukkan kepalanya di atas meja Markas Veritas yang kosong, kedua tangannya meremas rambut belakang.

"Gue bakalan ikut balapan pake nama Lavegas," Samu memakai helm fullfacenya, kemudian menaiki motor yang terparkir di pelataran markas.

Dean menahan tangan Samu yang hampir menyalahkan motornya. "Resikonya tinggi, Sam. Anak-anak Lavegas angkatan 8 nggak akan kasih apa yang kita mau. Ketuanya punya masalah pribadi sama anggota lama."

"Veritas udah diblacklist dan kita ga bisa ikut lagi. Gue cuma butuh uang, gue yakin bisa menang, An. Kita sama sama untung, Lavegas dapet nama baik, sementara gue dapet uang. Mereka pasti mau."

Dean mengambil kunci motor Samu. "Jangan, Sam. Mereka nggak ada yang bisa dipercaya, lo lupa tahun lalu gue hampir kecelakaan gegara motor gue dirusak sama anak-anak Lavegas."

Samu merebut kuncinya kembali. "Tahun lalu sama sekarang beda, An. Struktur mereka udah ganti, ada ketua baru dan anggota baru. Gue mau percaya sama Raga, karena Sea kenal dia."

Mendengar nama Sea disebut, Dean pun melepaskan cengkramannya pada tangan Samu. Lalu, Samu pun melesat bersama motor sport merahnya.

"Andai gue nggak nyerah buat cegah lo pergi, Sam." Netra Dean memerah, mengingat ledakan tangis Sea membuat dadanya ikut terluka. "Pasti sekarang Sea nggak akan sesakit itu."

Brak! Salah satu anak Veritas menggebrak pintu markas. "Samu kecelakaan, Yan!"

"Apa? Raga brengsek!" Dean berlari menaiki motornya, sementara anggota yang lain mengikuti.

"Bukan Raga," kata seseorang yang sebelumnya memberi informasi.

"Terus siapa?"

"Ketua lama," timpalnya yakin. "Raga masuk rumah sakit sebelum balapan dimulai."

"Kenapa?"

"Gue gatau kalau yang itu."

Kepala Dean semakin menunduk hingga terbenam di atas meja, rasanya seolah ingin mengulang semuanya dari awal lagi.

***

Sea mengambil foto Samudra yang tersimpan di frame putih, lantas ia dekap seerat mungkin. Gadis itu duduk di lantai kamarnya dengan punggung menyandar pada dipan, masih sesenggukan mengingat Samu dengan darah di sekujur tubuhnya.

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang