12. DRAMA QUEEN

88K 11.1K 2.9K
                                    

"Dia kan yang cekik Manda sampai Manda dibawa ambulan?"

"Pantesan dibully sama anak-anak Lavegas, emang nggak bener sih."

"Sumpah ya, diliat dari luar tu keliatan baik banget kalo kata gue."

"Tau nggak sih? Dia pake dress yang sama kayak punya Manda, tapi gue yakin sih kalau punya dia kw. Hahaa."

"Iya jelas lah, orang ga jelas asal usulnya kok bisa pake dress mahal. Ga mungkin banget sih."

"Tapi, dia itu keterlaluan ga sih? Udah cekik Manda, mana di party-nya Manda lagi. Padahal belum setengah jalan, langsung bubar tuh party."

"Sumpah ya, gue kesel banget sama tuh cewek. Ga punya attitude sama sekali."

"Dia pindahan dari mana sih? Gue jadi penasaran, akhlaknya tipis banget."

Sea melirik ke sekelilingnya dengan kepala masih lurus menatap ke depan. Baru saja menginjakkan kakinya memasuki gedung sekolah, tetapi ia sudah disambut dengan kalimat-kalimat pedas dari semua orang.

Dalam satu malam, ah tidak, hanya dalam beberapa detik presepsi orang-orang di sekitarnya langsung berubah ... karena Manda.

Sea terus berjalan hingga menyusuri tangga menuju lorong kelas sebelas, gadis itu berusaha keras menulikan indera pendengarannya dari segala sumpah serapah orang-orang.

Langkah Sea berhenti ketika melihat Ivy yang berjalan berlawanan arah dengannya. Gadis berambut pendek itu baru saja ingin memasuki kelas, tetapi berhenti di depan pintu karena melihat Sea dari kejauhan.

Ivy hanya menscan Sea dari puncak kepala hingga ujung kakinya, lantas memilih pergi memasuki kelas tanpa menyapanya. Padahal, Sea baru saja tersenyum dan ingin melambaikan tangan pada Ivy. Tetapi, semua itu ia urungkan karena tidak percaya diri.

Citranya memburuk. Memangnya, siapa yang ingin berteman dengannya? Apa lagi jika fakta bahwa ia merupakan anak dari pecandu alkohol dan narkotika terkuak, Sea mungkin akan menjadi spesies paling menjijikan seantero sekolah.

Tiba-tiba saja, seseorang melompat dan merangkul pundak Sea akrab. "Ngapain berdiri di sini? Mending juga contekin gue tugas, hehehee."

Kelly tersenyum girang, senyumnya cukup candu hingga mampu menular di bibir Sea. "Lo, masih mau temenan sama gue?"

"Lah emangnya kenapa? Gara-gara insiden malem itu?" Kelly berjalan, membuat Sea ikut berjalan di belakangnya.

Kelly berbalik, gadis mungil itu berjalan mundur sambil menatap Sea. "Papa gue emang larang gue main sama lo sih. Tapi, gue percaya kok sama lo."

"Percaya?"

"Hm, kayaknya lo ga mungkin cekik Manda sampai kayak gitu."

"Semua orang nuduh gue--"

"Gue tau, tapi lo masih punya gue." Kelly meraih tangan Sea dan menariknya agar berjalan di samping gadis itu.

"Gue bakalan selalu dukung lo kok," Kelly memeluk lengan Sea seraya mengusak-usakkan rambutnya di jas almamater Sea.

"Ch," Sea berdecak, kemudian tersenyum hingga memperlihatkan sederet gigi rapinya.

***

"Manda mau pakai Cervical Collar!"

"Tapi lehernya tidak cidera tidak perlu memakai penyangga leher," ujar dokter Manda sedikit bingung karena pasiennya itu keukeuh ingin memakai pelindung untuk patah leher.

RAGASEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang