» 10 • It's The First Day but It's Bitter

156 25 21
                                    

"Raul berangkat, Yah," ujar Raul setelah menyelesaikan sarapannya. Cowok itu menyalimi ayahnya.

"Kuliah yang bener!" pesan Candra.

"Ospek dulu, Yah, belum ada kuliah," kata Raul.

"Oh, iya. Ayah lupa," Candra nyengir.

Raul menatap Wenda sekilas. Meskipun belum bisa menerima kehadiran Wenda sepenuhnya, Raul tidak akan lupa dengan sopan santunnya. Raul menyalimi Wenda tanpa mengatakan sepatah kata pun. Setelah itu ia melenggang pergi dari ruang makan.

"Hati-hati di jalan, Raul! Jangan ngebut! Semoga lancar hari pertamanya!" seru Wenda supaya Raul mendengarnya.

Raul tetap melangkah. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Wenda membuatnya teringat dengan mendiang Melina. Dulu ibunya juga mengatakan kalimat serupa ketika Raul pertama kali masuk SMA.

🐱🐱🐱

"Udah lengkap semua?" tanya Juna.

"Udah, Jun," jawab Javier.

"Ayo kita berangkat sekarang!" seru Ayu dengan semangat 45.

Raul, Juna, Hilmi, Javier, dan Ayu berjalan beriringan dari rumah Javier menuju halte yang berada di depan kompleks perumahan cowok itu. Sebelumnya, Raul dan Juna datang dengan motor mereka, sementara Hilmi dan Ayu naik angkot karena jarak rumah mereka dengan rumah Javier tidak terlalu jauh. Raul dan Juna menitipkan motor mereka di rumah Javier, mengingat selama ospek para maba tidak diperbolehkan membawa kendaraan pribadi.

Hilmi sebenarnya bisa saja membawa motornya juga seperti Raul dan Juna lantas menitipkannya di rumah Javier. Tapi anak itu memutuskan sebaliknya. Ia sedang irit bensin. Lagi pula Hilmi memiliki dua abang yang juga berkuliah di ABB. Hilmi bisa membonceng dengan salah satu dari mereka. Sementara itu Ayu nanti akan diantar pulang oleh Juna.

Kelima serangkai akhirnya tiba di halte. Ini adalah hari pertama mereka di Akademi Budaya Baru. Mereka sudah menjadi mahasiswa sekarang. Kalian pasti pernah merasakan euforia yang seperti itu, kan? Sebuah perasaan yang hanya bisa kalian rasakan ketika hari pertama sekolah.

Sebuah bus datang tak lama kemudian. Mereka segera naik dengan mendahulukan Ayu supaya gadis itu masuk pertama demi menghindari hal yang tidak-tidak. Bus itu cukup lengang karena hari masih pagi. Mereka duduk berjejer di kursi belakang.

"Udah lama gue nggak naik bis," celetuk Hilmi yang suaranya terdengar jelas di dalam bus yang lengang. "Terakhir kali kita naik bis bareng waktu lagi UN SMP nggak, sih?"

Javier mengangguk. "Lo mabok waktu itu karena abis makan empat piring di warteg terus desel-deselan di bis. Mana paginya abis ujian Matematika."

Ayu tertawa. "Malu-malui kita aja lo, Hil!"

Hilmi hanya nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Mereka berlima membawa tas besar dengan berbagai macam barang di dalamnya. Itu adalah perlengkapan yang harus mereka bawa selama ospek. Kalian pasti tahu dengan tradisi ospek yang ada di Indonesia ini, di mana para maba disuruh oleh kakak tingkat mereka untuk membawa peralatan yang aneh-aneh dan mereka harus memakainya selama ospek berlangsung.

"Di ABB masih jaman, ya, Jun, ospek pake cara kuno kayak gini?" Suatu hari Hilmi bertanya demikian pada Juna.

"Ya gitu," jawab Juna seadanya.

Hilmi mendengus. "Gue harap mereka nggak main senioritas. Gue paling jengkel kalo ngeliat senior belagu kayak gitu. Dikira keren banget apa, ya, dengan banggain titelnya sebagai senior?"

ABBLS | #2 BUKTI COWOK DINGIN PUNYA HATI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang