Raul menguap lebar. Cowok itu baru saja selesai mengerjakan tugasnya. Punggungnya terasa pegal sekali. Entah sudah berapa jam ia terus tertahan dalam posisi duduk. Ketika ia menoleh pada jam dinding ternyata sudah pukul sebelas malam.
Raul segera membereskan alat tulisnya. Matanya sudah berat sekali. Ia butuh tidur saat itu juga. Sebelumnya ia sempat untuk mencuci muka, tangan, dan kaki. Barulah setelah itu ia beranjak ke atas tempat tidurnya.
Raul menghela napas lega saat tubuhnya bertemu dengan kasur. Punggungnya yang tegak selama berjam-jam akhirnya bisa diistirahatkan. Kalian pasti paham, kan, betapa melegakannya perasaan seperti itu?
Namun, tak lama kemudian, Raul yang tengah berdoa sebelum tidur harus kembali terjaga sepenuhnya saat ponselnya yang tergeletak di atas nakas tiba-tiba berdering.
Raul mendengkus. Dengan terpaksa ia meraih ponselnya. Matanya yang sayu karena mengantuk menatap layar ponselnya dengan setengah minat.
Hilmi is calling ...
"Apa?" Raul langsung to the point karena ia sudah sangat mengantuk.
"Busetttt Bang Raul suaranya deep amat, Bang?"
"Gece lah, Hil, gue udah ngantuk!"
Terdengar suara kekehan di seberang sana. Raul kembali mendengkus. Awas saja jika Hilmi hanya main-main. Jempol Raul sudah siaga untuk menekan opsi tombol berwarna merah jika saja Hilmi memang benar hanya usil.
"Gue bawa berita soal Aruni."
Demi mendengar nama gadis itu disebut, seolah ada alarm yang mengguncangnya dari alam bawah sadar, Raul sempurna terjaga. Cowok itu bahkan spontan bangkit dari posisi baringannya. Ia terdiam dengan mata yang mengerjap pelan. Tubuhnya bergerak mundur perlahan untuk menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Raul menempelkan ponselnya erat-erat ke telinga.
Raul berdeham sejenak. "Aruni?"
"Iyap! Gebetan lo yang adeknya Asta itu."
"Kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Dia kenapa?"
"Hah?"
"Ck, kata lo tadi bawa berita soal dia."
"ACIEEEE YANG PENASARANNNN!!!!"
Raul memasang raut datar sedatar-datarnya. Tidak bisakah Hilmi langsung pada intinya? Dirinya sudah sangat mengantuk, tetapi saat mendengar nama Aruni disebut, ia seperti rela untuk meladeni keusilan Hilmi hanya demi mengetahui kabar tentang gadis itu. Ini sudah dua minggu sejak operasi berhasil dilakukan.
Di seberang sana tawa Hilmi perlahan padam. Cowok itu sepertinya tersadar saat Raul yang hanya diam dan tidak memberikan respons apa pun. Hilmi pun berdeham sejenak.
"Aruni udah sadar, Ul."
🐱🐱🐱
Keesokan harinya, setibanya Raul di kampus, ia segera menghampiri Hilmi yang tengah bermalas-malasan di tempatnya dengan sebuah buku menutupi kepalanya yang tergeletak di atas meja.
"Hil."
"ANJING!" Hilmi berseru latah karena kaget. Raul bergerak dalam senyap sehingga pergerakannya tidak terdeteksi oleh pendengaran Hilmi sebelumnya. Cowok berkulit tan itu mengelus dadanya.
"Sumpah, ya, Ul! Lo kalo punya hobi berenang, kek, masak, kek! Jangan cosplay jelangkung lo jadiin hobi!" semprot Hilmi kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABBLS | #2 BUKTI COWOK DINGIN PUNYA HATI ✔
Fanfic⚠ SERIOUS WARNING : KEPADA PARA PLAGIATHOR, PENGANUT BIM, ORANG KUKER YANG BISANYA NGEJULID DOANG, DAN OKNUM 'BOCIL' YANG NGGAK BISA BEDAIN MANA FIKSI MANA REALITA, DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT! • Raul Purpale Prasetya tidak pernah suka dengan car...