Aruni mengerang rendah dari tempatnya duduk, dan hal itu sontak menarik perhatian Prima yang duduk di sebelahnya.
"Kenapa lo?" tanya Prima dengan dahi berkerut. Sementara itu tangannya terus menyalin semua penjelasan dosen di depan kelas ke dalam bukunya.
"Raul hari ini kayaknya nggak berangkat, deh, Ma," ucap Aruni yang akhirnya mengeluarkan keluh kesahnya.
"Emang iya?"
Aruni mengangguk. "Tadi pagi nge-chat gue, minta maaf nggak bisa berangkat bareng. Pas gue tanya kenapa anaknya malah off. Terus dari tadi WA-nya centang satu."
"Sakit kali."
"HEH!" Aruni melotot tak terima. "Lo ngedoain cowok gue sakit?!"
"Dih, cowok lo," cibir Prima. "Minimal ditembak dulu lah, baru bisa lo akuin dia cowok lo."
Aruni merotasikan bola matanya. "Masalahnya baru sekali ini dia nggak ngabarin gue selain yang tadi pagi, Prima! Gue, kan, takutnya ada apa-apa."
"Emang biasanya dia ngabarin lo?"
Aruni diam sejenak. Prima menaikkan sebelah alisnya.
Aruni kemudian memiringkan kepalanya menghadap Prima. "Iya juga ya, Ma? Biasanya, kan, gue yang nyepam chat ke dia. Mana ini baru H plus tiga semenjak dia ngajak gue PDKT."
"Bodo, Run, terserah lo aja dah!" Prima mengibaskan tangannya ke udara seraya mendengkus kesal.
🐱🐱🐱
Kepala Aruni muncul dari balik pintu ruang kelas I-M1. Matanya menyapu seluruh penjuru. Hingga sosok Hilmi berhasil ia tangkap keberadaannya, gadis itu pun tersenyum dan segera menghampirinya.
"Hilmi!"
Hilmi mendongak. Cowok itu terkejut dengan keberadaan Aruni di gedung Departemen Musik. Ia yang semula sedang mendengarkan musik melalui earphone pun melepas benda kecil itu dari telinganya.
"Widihh Tuan Putri tumben banget main ke basecamp anak musik?" Hilmi menyambut ramah.
Aruni masih mempertahankan senyumnya, sementara di saat bersamaan matanya seperti sedang mencari-cari sesuatu.
"Ah, gue tau, nih," Hilmi terkekeh, baru menyadari sesuatu. "Lo cari Raul?"
Aruni menghadap ke arah Hilmi.
"Dia nggak berangkat hari ini."
"Iya, tadi dia juga pamit ke gue," ujar Aruni. "Lo tau nggak dia kenapa? Tadi pagi pas gue tanyain alesannya nggak berangkat dia langsung off."
"Waduh, kalo itu gue juga kurang paham, Run. Dia cuma ngasih keterangan izin, tapi nggak tau juga dah izinnya karena apa."
"Oh gitu ya?" Aruni manggut-manggut. "What do you think kalo gue samper dia ke rumahnya?"
"Sekarang, Run?"
"Ck, ya nanti sepulang kuliah lah! Masa iya sekarang?"
"Yaa, kan, siapa tauu! Lagian dengan mempertimbangkan cewek modelan lo, gue nggak bakal kaget kalo lo emang nekad mau nyamperin Raul sekarang juga."
"Maksud lo gue cewek apaan, heh?!"
"Aelahh salah ngomong, deh, gue!" Hilmi meringis. "Gini aja, deh. Pulang kuliah nanti gue anterin lo ke rumahnya Raul. Gue juga penasaran, tuh, anak kenapa tumbenan banget bolos kuliah nggak jelas kayak gini. Gimana?"
"Deal!" Aruni langsung menyetujuinya tanpa berpikir panjang. "Senang bekerja sama dengan Anda, Tuan Hilmi," lanjutnya dengan senyum lima jari.
"Minimal traktir di kafetaria sampe weekend nanti lah, Run."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABBLS | #2 BUKTI COWOK DINGIN PUNYA HATI ✔
Fanfic⚠ SERIOUS WARNING : KEPADA PARA PLAGIATHOR, PENGANUT BIM, ORANG KUKER YANG BISANYA NGEJULID DOANG, DAN OKNUM 'BOCIL' YANG NGGAK BISA BEDAIN MANA FIKSI MANA REALITA, DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT! • Raul Purpale Prasetya tidak pernah suka dengan car...