Aruni pergi ke toilet untuk menyegarkan pikirannya. Dibasuhnya wajahnya berkali-kali untuk menghilangkan suntuk. Saat ini pukul dua siang. Di semua departemen, tepatnya setelah jam makan siang, perkuliahan akan digunakan untuk berlatih. Para mahasiswa ABB akan menghabiskan waktu mereka hingga sore di practice room yang berada di bawah tanah. Jika kalian berkunjung ke ABB setelah jam makan siang, jangan heran jika di semua tempat terasa sepi dan kosong. Tentu saja demikian karena pusat kegiatan para mahasiswanya berpindah ke gedung bawah tanah.
"Huft!" Aruni menghela napasnya. Sekarang suntuknya sudah hilang. Wajahnya terasa lebih segar.
Drrt ... Drrt ... Drrt ...
Ponsel Aruni bergetar di saku celana training yang ia kenakan. Aruni segera merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Terdapat satu panggilan masuk dari kontak yang ia beri nama 'Kak Farissa'. Tanpa berpikir panjang, Aruni segera menekan opsi berwarna hijau.
"Halo, Kak?" sapa Aruni lebih dulu.
"Halo, Run! Apa kabar lo?"
Senyum Aruni sontak terbit. "Baik, Kak. Kak Farissa sendiri apa kabar?"
"Gue juga baik. Oh, iya. Gue nelpon lo buat jelasin agenda lo selama satu minggu yang akan datang."
"Oke," jawab Aruni seadanya. Diam-diam gadis itu menghela napas lelah.
"Hari pertama itu launching. Lo dateng ke kantor jam setengah empat sore buat ngelakuin siaran live Instagram voice only. Besoknya ada empat Gramedia di sekitaran JABODETABEK yang harus lo kunjungin di hari itu buat bedah buku. Topeng segala macem udah kita siapin jadi lo tinggal gas aja. Lusanya selama tiga hari, lo bakal Gramedia tour di Jabar, Jateng, Jogja, sama Jatim. Dan dua hari sisanya lo bakal ada talkshow masing-masing dua Gramedia di Sumatra sama Kalimantan. Sampai sini paham, Run?"
"Paham, Kak."
"Good girl! And by the way, PO kali ini tembus empat puluh ribu eksemplar di hari pertama. Congrats!"
"Serius, Kak?"
"Yup! Dan masih banyak lagi kabar baik yang pengin gue sharing sama lo, tapi besok-besok aja, deh, kalo ketemu langsung."
Aruni meringis. "Maaf, ya, Kak. Gara-gara operasi waktu itu gue jadi nggak bisa ngurusin semuanya lansung."
"It's okay, Babe! Kembaran lo itu lebih dari cukup, kok. Dia siap siaga banget buat gantiin lo ngurusin semuanya. Oh, iya. Masa pemulihan lo gimana? Udah mendingan, kan, sekarang?"
"Udah, kok, Kak. Ini aja gue udah mulai kuliah lagi."
"Syukur, deh, kalo gitu. Udah gitu aja yang pengin gue sampein. Ya udah, ya, Run? Gue tutup telponnya."
"Oke, Kak. See yaa!"
Tut
Panggilan berakhir.
Masih ingat dengan novel 'Yang Tak Terucap' milik Navya? Lalu dengan penulisnya, Monstera dari Timur? Dari sini kalian bisa menebaknya dengan mudah. Monstera dari Timur adalah Aruni sendiri. Gadis itu merupakan seorang penulis muda yang tengah naik daun. Aruni tidak suka kehidupannya terekspos, maka dari itu dirinya berlindung di balik nama pena anonim 'Monstera dari Timur'.
Nama pena tersebut tentu tidak diambil dengan asal-asalan. Monstera, atau orang Indonesia lebih akrab mengenalnya sebagai tanaman janda bolong, begitu diminati beberapa tahun terakhir. Anak-anak muda zaman sekarang menyebutnya sebagai tanaman aesthetic karena bentuk daunnya yang unik. Aruni mengambil nama 'monstera' untuk merujuk pada keestetikan tersebut. Sementara kata 'dari Timur' merujuk pada kota asalnya yakni Surabaya yang terletak di Jawa Timur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABBLS | #2 BUKTI COWOK DINGIN PUNYA HATI ✔
Fanfic⚠ SERIOUS WARNING : KEPADA PARA PLAGIATHOR, PENGANUT BIM, ORANG KUKER YANG BISANYA NGEJULID DOANG, DAN OKNUM 'BOCIL' YANG NGGAK BISA BEDAIN MANA FIKSI MANA REALITA, DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT! • Raul Purpale Prasetya tidak pernah suka dengan car...