"Kalo kita main gas nggak, nih? Anggep aja main bareng perdana biar makin akrab," Hilmi bertanya pada teman-temannya.
"Main ke mana, Hil?" balas Hanafi.
"Rumahnya Raul."
Raul yang sejak tadi diam pun menoleh karena namanya dibawa-bawa.
Hilmi nyengir. "Ul, kita main ke rumah lo, ya?"
Raul mendengus. "Terserah, tapi gimana yang lain? Mereka baru di sini, belum apal sama jalanan."
"Gampang lah soal itu. Kan, ada gue!"
Juna menoleh ke Asta, Hanafi, Felix, dan Fathan. "Lo pada mau main ke rumahnya Raul? Tapi rumahnya jauh, ada di pinggiran kota. Gimana?"
"Gue nggak masalah, sih," jawab Felix.
"Gue juga," sahut Hanafi.
"Gue juga," timpal Fathan.
"Gue paling nganterin Aruni pulang dulu. Nanti shareloc aja ke gue."
"Apa, nih, Aruni-Aruni?"
Aruni datang bersama Ayu dan Prima. Anak-anak muda itu sekarang berada di parkiran setelah mengikuti serangkaian kegiatan ospek hari kedua. Saat ini pukul tiga sore.
"Kita mau main ke rumahnya Raul. Nanti lo gue anterin pulang dul──"
"Kalian mau main ke rumahnya Raul?" Aruni memotong dengan binar antusias. "Gue ikut, dong! Asta, please gue ikut lo, ya?"
Raul dan Asta serempak melotot mendengarnya.
"Nggak!" Asta menggeleng tegas. "Yang mau main ini cowok-cowok. Lo cewek sendiri nanti. Nanti lo dicariin sama Papa gue juga yang kena."
"Nggak pa-pa," Aruni merengek.
"Aruni ikut aja, Ta, nanti sama gue. Gue udah biasa ke rumahnya Raul, kok," kata Ayu.
"Lo ikutan, Yu?" tanya Prima.
Ayu mengangguk. "Lo mau ikut juga? Tambah rame tambah seru nanti."
"Ikut aja udah, Ma! Nanti diboncengin sama Abang Javier," kata Juna dengan seringainya.
Plak
"Aw!" Juna meringis karena Javier baru saja memukul punggungnya, tapi ia tertawa kemudian.
"Gue bawa motor sendiri," kata Prima.
"Wadaw cewek perkasa, nih, Bos!" Hilmi bersiul menggoda.
Prima pun akhirnya mengangguk.
"Tuh, Taa!" Aruni mengadu pada Asta. "Ayu sama Prima aja ikut. Gue ikut juga, ya? Ya?? Ya???"
Asta menghela napasnya. Ia lalu menoleh ke Raul. "Ul, cewek-cewek nggak pa-pa ikut main ke rumah lo?"
Sebenarnya Raul tidak masalah, tapi Aruni itu beda ceritanya. Namun tidak mungkin juga, kan, Raul tidak memperbolehkan Aruni untuk ikut di depan saudaranya sendiri? Cowok itu menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengangguk dengan setengah hati.
"YES!" Aruni berseru senang. "Raul, gue nebeng lo──"
"Arunika."
Aruni terdiam begitu mendengar Asta memanggil namanya dengan lengkap. Wajah bahagianya luntur perlahan-lahan saat Asta menatapnya dengan tatapan penuh peringatan. Asta bermaksud mengingatkan Aruni supaya tidak kelewatan. Dari awal, sebagai sesama laki-laki, Asta tahu Raul tidak suka dengan adiknya. Bahkan saat tadi Raul mengizinkan adiknya untuk ikut pun Asta tahu kalau izin itu diberikan karena terpaksa. Asta tidak ingin Aruni semakin dibenci oleh Raul.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABBLS | #2 BUKTI COWOK DINGIN PUNYA HATI ✔
Fanfic⚠ SERIOUS WARNING : KEPADA PARA PLAGIATHOR, PENGANUT BIM, ORANG KUKER YANG BISANYA NGEJULID DOANG, DAN OKNUM 'BOCIL' YANG NGGAK BISA BEDAIN MANA FIKSI MANA REALITA, DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT! • Raul Purpale Prasetya tidak pernah suka dengan car...