» 8 • His Voice and His Choice

158 22 2
                                    

Raul sedang berpikir keras. Ia memutuskan untuk mendaftar di Departemen Musik, itu berarti ia harus menunjukkan kemampuannya di dunia musik. Main alat musik? Raul hanya jago bermain piano, dan sialnya, ia tak punya piano di rumah. Apakah ia harus meminjam pada orang? Ah, itu terlalu merepotkan. Raul sedang malas untuk keluar-keluar saat ini.

Bernyanyi? Raul ragu. Ia jarang sekali bernyanyi. Bahkan nyaris tak pernah.  Dulu ketika semasa sekolahnya, Raul lebih memilih mendapat tugas tambahan daripada harus bernyanyi. Atau jika terdesak sekali, ia akan meminta waktu praktik sendiri sepulang sekolah di mana ia akan mengambil penilaian di ruang musik bersama gurunya tanpa ada satu pun yang menonton.

Dan satu lagi yang membuat erangan frustrasi Raul terdengar semakin keras, ia tidak tahu harus membawakan lagu apa jika memutuskan untuk bernyanyi.

Raul tidak terlalu mengikuti perkembangan musik. Jika ia menemukan lagu yang dirasa cocok di telinganya, maka ia akan menyukai, dan memutarnya sepanjang waktu. Entah itu lagu lama atau baru, apa pun genrenya, Raul tidak pernah mau ambil pusing untuk memikirkannya. Tapi, jika kalian melihat playlist yang cowok itu miliki, kalian dapat langsung menyimpulkannya. Lagu-lagu keluaran periode tahun 2013-2015. Silakan cari di mesin pencarian internet. Jika kalian menemukannya, khususnya yang berbau pop, maka kalian akan tahu musik kesukaan Raul itu yang seperti apa.

Raul yang kini tengah duduk di kursi belajarnya tak sengaja menatap sebuah pigura kecil yang terpajang di meja belajarnya. Raul meraih pigura tersebut. Itu adalah foto kelulusan Raul di bangku taman kanak-kanak. Dengan terbalut baju toga mini dan topi yang sedikit miring, Raul digendong oleh mendiang ibunya, Melina. Sedangkan Candra berdiri di samping Melina dengan merangkulnya. Mereka bertiga tersenyum lebar pada foto itu.

Raul tiba-tiba tersentak kecil. Seperti bohlam lampu yang baru saja dinyalakan hingga menghasilkan cahaya yang terang, Raul mendapatkan sebuah ide setelah netranya memperhatikan wajah sang Ibunda cukup lama. Dulu Melina pernah bercerita pada Raul tentang sebuah lagu yang begitu ia sukai. Sebuah lagu pop dari boyband kenamaan asal Inggris. Melina dulu begitu menggilai boyband tersebut ketika Raul masih berusia 10 tahun kira-kira. Dan Raul, beruntung ia ingat dengan kenangan kecil itu.

Perfect - One Direction

🐱🐱🐱

Hari pendaftaran akhirnya tiba. Para calon mahasiswa baru datang berbondong-bondong memenuhi pelataran ABB untuk mendaftarkan diri. Ini gila. Ini menjadi rekor baru bagi ABB di mana mereka memilik jumlah pendaftar di hari pertama terbanyak sepanjang sejarah mereka. Jumlah itu melambung tinggi jika dibandingkan jumlah pendaftar tahun lalu. Sebelumnya ABB sendiri memang sudah berusaha dengan melakukan promosi secara besar-besaran. Dan hasilnya? Sangat amat sesuai dengan ekspektasi.

Bagi para calon mahasiswa baru yang mendaftar lewat jalur umum, mereka harus datang ke ABB untuk mengumpulkan berkas persyaratan dan mengambil nomor tes. Meskipun tidak membutuhkan nilai UTBK yang didapat dari SBMPTN untuk mendaftar, ABB memiliki tes tertulis mereka sendiri. Tes tersebut berguna untuk penyaringan dan pengelompokan, mana yang cocok masuk jurusan ini dan mana yang cocok masuk jurusan itu, yang tentunya juga dibarengi dengan pembobotan skor.  Sementara untuk para calon maba yang mendaftar lewat jalur prestasi bisa mendaftarkan diri secara online dari rumah masing-masing. Mereka hanya perlu mengunggah hasil scan dari berkas-berkas persyaratan dan bukti berupa foto atau video yang menunjukkan bakat yang dimiliki para calon maba.

Raul sudah mendaftar tadi pagi-pagi sekali. Cowok itu tidak suka menunda-nunda. Ia hanya tinggal menunggu pengumuman saja. Tapi Candra, ayahnya itu kekeuh untuk menganjaknya pergi ke ABB langsung. Candra ingin memastikan sendiri ke pihak ABB bahwa nama anaknya sudah ada dalam jurnal pendaftar. Candra tidak percaya dengan apa pun yang berbau online. Raul pun hanya bisa pasrah dan menurut ketika diajak ke ABB. Wenda ikutserta.

"Liat, kan? Nama Raul udah ada di jurnalnya. Ayah nggak percaya," kata Raul ketika panitia penerimaan mahasiswa baru dari pihak ABB menunjukkan hasil pencarian dari nama Raul Purpale Prasetya yang sudah ada di dalam daftar jurnal.

Candra menghela napasnya. Ia percaya sekarang. Sedangkan Wenda tersenyum geli melihat interaksi ayah dan anak itu. Mereka sangat bertolak belakang sekali.

Raul merasakan adanya getaran di saku celananya. Ia merogohnya dan mengeluarkan sebuah benda pipih canggih dari dalam sana. Juna menelepon.

"Kenapa?" tanya Raul to the point.

"Ini mata gue yang siwer apa emang yang lo kirimin itu video cover lagu?"

Raul sudah menebak ini akan terjadi. Sejauh ini baru Hilmi yang tahu kalau Raul jadinya mendaftar di Departemen Musik. Cowok itu memang belum memberitahu Juna, tapi kemarin malam saat Raul mengirim esainya pada sohibnya yang satu itu, Raul kira Juna akan tahu sendiri setelah membacanya. Namun, hingga hari berganti, Juna tidak menelepon atau mengatakan apa pun padanya. Dari sana bisa Raul menyimpulkan kalau Juna tidak membaca esainya. Pasti Juna langsung menyerahkan esainya begitu saja pada 'orangnya' supaya segera diurus.

"Lo nggak baca esai gue?"

Juna di seberang sana meringis pelan. "Waktu lo ngirim file esainya ke gue, gue udah ngantuk parah. Akhirnya langsung gue kasih ke asisten Bokap biar diurus sama dia."

Benar, kan?

"Lo serius daftar Departemen Musik, Ul?"

"Kalo gue becanda, gue nggak bakal ngirim video coveran lagu."

"Gila lo! Suara lo bagus banget woi! Lo umpetin ke mana aja, hah, suara sebagus itu?"

"Biasa aja."

Raul bisa mendengar Juna tertawa.

"Salut banget gue, Ul. Lo berani banget keluar dari comfort zone. Congrats!"

🐱🐱🐱

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah genap tiga minggu sejak Raul mendaftarkan dirinya di Akademi Budaya Baru. Hari yang ia tunggu-tunggu sebentar lagi tiba. Lusa adalah hari pengumuman.

Pukul sepuluh malam. Sudah cukup larut sebenarnya, tapi Raul belum mengantuk. Tadi ia pergi ke ruang tengah rumahnya yang seisi ruangannya dikelilingi oleh rak-rak buku. Pemilik rumah ini sebelumnya memang meninggalkan beberapa buku mereka di sini. Katanya sekedar ingin berbagi. Mereka sudah kelebihan buku di rumah baru mereka. Jadi, tadi Raul iseng pergi ke sana untuk mencari bahan bacaan baru, dan ia menemukan sebuah judul yang menarik. Tentang sejarah musik.

Dulu, jika pergi ke mana-mana, bawaan Raul adalah buku-buku berbau sains. Ensiklopedia, buku kumpulan rumus, fakta tentang kehidupan di luar angkasa, flora-fauna, buku-buku penelitian, dan sesekali buku yang berbau teknologi. Kehidupan Raul sebelumnya sepertinya memang 'seserius' itu. Raul bahkan mengorbankan masa mudanya hanya untuk belajar.

Tapi tidak apa-apa. Raul percaya tidak ada yang namanya sia-sia dalam belajar. Raul yakin suatu saat nanti ilmu-ilmu yang pernah ia pelajari sebelumnya akan berguna. Entah itu besok, lusa, atau di masa depan.

Raul sedang membiasakan dirinya dengan kehidupan yang serba baru ini. Seni ternyata menyenangkan juga. Raul kira tidak ada yang lebih menyenangkan dari ketika berhasil menemukan jawaban dari perhitungan matematika paling rumit. Kalian pasti pernah merasakan perasaan tersebut, kan? Ketika kalian berhasil menemukan jawaban dari soal pada mata pelajaran yang tidak terlalu kalian kuasai.

Baiklah. Mari kita biarkan Raul menyelami dunia barunya.

BUKTI COWOK DINGIN PUNYA HATI

Makasih banyak udah luangin waktunya buat mampir. Apapun yang kalian tinggalkan di sini, itu semua berarti banget buat aku :D Kecuali kalo yang kalian tinggalkan itu mengandung konotasi buruk.

TBC

ABBLS | #2 BUKTI COWOK DINGIN PUNYA HATI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang