» 29 • Night Changes

92 16 2
                                    

Malam itu waktu menunjukkan pukul setengah sebelas. Langit di atas sana sudah hitam pekat. Seharusnya semua insan sudah terlelap dalam tidur mereka. Namun, tidak dengan dua anak manusia yang berboncengan di atas motor Vario abu yang sedang berhenti karena lampu lalu lintas menyala merah.

"Dingin?"

Aruni menoleh. Matanya secara refleks memilih untuk memandang Raul dari kaca spion. Namun rupanya, sepasang manik mata Raul telah lebih dulu menunggunya di sana. Tatapan keduanya pun bertemu melalui pantulan kaca spion.

Aruni mengeratkan ikatan syalnya di leher, menggeleng. "Aman."

"Tadi siapa aja yang dateng ke pesta lo?" tanya Raul.

"Semua anak Degaf dateng. Lo doang yang nggak tau diri udah diundang tapi nggak mau dateng," jawab Aruni tanpa beban.

Raul terkekeh mendengar nada sarkas Aruni. "Maaf."

Lengang sejenak di antara mereka, menyisakan sisa-sisa bising jalanan Ibu Kota di malam hari.

"Gue baru tau Jakarta kalo malem secantik ini," celetuk Aruni pelan. Matanya berbinar memandang gedung-gedung yang menyala indah dalam kegelapan malam.

Raul melirik Aruni melalui spionnya. Ekspresi gadis itu sangat murni. Ia terpesona dengan pemandangan di sekitarnya. Selanjutnya lampu lalu lintas menyala hijau. Raul pun melakukan motornya.

"Kita sebenernya mau ke mana, Ul?" Aruni menyejajarkan kepalanya dengan kepala Raul, bertanya penasaran.

"Ke jembatan penyeberangan," jawab Raul.

"Jembatan penyeberangan?" Dahi Aruni berkerut dalam. "Kita dari tadi juga udah ngelewatin banyak jembatan penyeberangan, Ul."

"Emang," Raul tersenyum tipis. "Tapi jembatan yang satu ini spesial."

"Oh, ya?" Aruni tampak tertarik. "Apa yang ngebuat itu spesial dari jembatan penyeberangan lainnya?"

"Kenangan."

"Kenangan?"

"Hm."

Alis Aruni seketika menukik tajam. "Itu pasti tempat lo pacaran sama mantan lo dulu kann, ngaku?!"

"Siapa?"

"Siapa apanya?"

"Siapa yang lo bilang punya mantan?"

"Emang lo nggak punya?"

"Nggak."

Aruni mendelik. "Boong?!"

"Ya udah kalo nggak percaya."

Aruni terdiam sebentar. "Masa, sih, lo nggak punya mantan?"

"Ya terus kenapa, sih, kalo nggak punya?" Raul lama-lama jadi kesal sendiri.

"Yaaa orang sekelas lo boong banget kalo nggak punya mantan. Minimal ya mantan gebetan lah."

Raul berdecak. "Bahkan orang sekelas pangeran kampus kayak Juna atau Javier sama Hilmi yang suka tepe-tepe aja nggak punya mantan, Run. Jadi di mana salahnya kalo yang rakyat biasa kayak gue juga nggak punya mantan?"

"MASA?!" Aruni membeo heboh. "Javier sama Hilmi nggak punya mantan?!"

Raul mengangguk.

"Kalo gebetan gituu, masa iya nggak punya juga?"

"Kepo banget?"

"RAUL IHH!" Aruni memukul pelan punggung cowok itu. "Ya udah back to topic aja. Kenapa kita harus ke jembatan penyeberangan ini alih-alih jembatan penyeberangan lainnya?"

ABBLS | #2 BUKTI COWOK DINGIN PUNYA HATI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang