💎Happy reading💎
Semua murid Barara telah berkumpul di tempat biasa mereka latihan. Setelah lebih dulu Barara memberi mereka sarapan. Kali ini Barara akan memberi muridnya satu misi yang Barara yakin pasti sangat merepotkan. Barara ingin menguji seberapa jauh murid-muridnya pandai memanfaatkan kekuatan.
"Kuberi satu pertanyaan sebelum kalian pergi. Yang bisa menjawab akan kubekali satu petunjuk," kata Barara. Lelaki itu sekarang sedang berada di mode seriusnya.
"Pergi? Pergi ke mana?" Itu Laguna yang bertanya. Pasalnya sebelum ini Barara sama sekali tak berkata apa-apa soal misi mereka. Tiba-tiba saja lelaki itu berkata seolah sebelumnya mereka telah diberitahu tentang tugas mereka.
"Ah, aku lupa memberitahukannya, ya?" Kini lelaki itu malah berada di mode menyebalkannya.
"Sebelumnya jangan memberi perintah yang terlalu susah. Ada dua murid baru di sini, mereka belum tentu bisa melakukan apa yang kita bisa," ucap Ayumi yang berdiri paling dekat dengan Barara.
Barara tersenyum kecil untuk kemudian menggelengkan kepala. Dari bagaimana lelaki itu memejamkan mata, Ayumi bisa melihat ada sesuatu di balik gelengan kepala ayahnya. Biasanya kalau ia bilang misi mereka tidak berat, itu akan berarti sebaliknya.
"Tugas kalian hari ini ... ah, lebih baik pertanyaan dulu sebelum perintah. Yang menjawab benar, akan dapat hadiah."
"Yeeeei, hadiah!" pekik Nujio girang. Anak kecil itu tidak tahu saja hadiah menurut Barara itu hanyalah petunjuk biasa.
"Jika kalian diharuskan menuju satu tempat dan mengharuskan kalian memasuki gua yang memiliki gas beracun di dalamnya. Apa yang akan kalian lakukan? Gua itu sangat panjang dan kalian tidak bisa menahan napas selama berada di dalam sana, tapi kalau kalian bernapas, hidung kalian akan terasa sakit luar biasa. Sedangkan kalian benar-benar harus sampai ke tujuan dengan segera. Apa yang akan kalian lakukan?"
"Terlalu mudah. Tentu saja mencari jalan lain yang tidak berbahaya," jawab Ayumi cepat.
"Apa kau yakin akan bisa menemukan jalan lain dengan cepat? Kau harus segera tiba di tempat tujuan loh. Sedangkan tujuanmu belum pernah kau pijak sebelumnya."
"Menaiki gua? Itu artinya sama saja 'kan? Kita bisa melewati gua dengan memanjat dan berjalan di atasnya. Aku rasa itu akan sama saja. Kita tetap akan tiba di tempat yang sama." Kini giliran Nikie yang menjawabnya.
"Aku bahkan tidak bilang seberapa tinggi gua itu. Bagaimana kalau tingginya lebih tinggi dari batang pohon sana?" Barara menunjuk pohon paling tinggi yang tumbuh tak jauh dari tempat mereka berada.
"Aku bisa menggunakan rambutku untuk membawaku ke atas sana," timpal Laguna dengan nada sombongnya.
"Di sana tidak bisa menggunakan kekuatan apa-apa. Apa pun kekuatanmu, tidak akan berfungsi di sana."
"Itu jebakan. Mana ada gua seperti itu. Ayolah, Barara ganti pertanyaannya," mohon Fero yang kepalanya sudah hampir pecah karena memikirkan jawaban pertanyaan Barara.
"Tidak bisa. Kalau kalian tidak ada yang tahu jawabannya, maka tidak ada yang akan mendapat hadiah. Sekarang Fero, Akira, Nujio, dan Tora. Apa jawaban kalian?"
"Torano!" tekan Torano dengan sorot mata tajam seperti biasa.
Barara memutar kepala ke arah Torano berada. Walau yang Barara lihat hanya gelap saja, tapi Barara tahu betul kalau anak itu sedang menatapnya dengan tatapan tajam seolah ingin membunuhnya. Sejak awal Torano menjadi muridnya, tak pernah ada yang berubah. Bahkan kata-kata tajam miliknya tidak memiliki hambatan untuk mengalir sekalipun ia berbicara dengan Barara, yang jelas-jelas adalah gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Beast
FantasyTentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akira, lelaki berumur 11 tahun yang sedari kecil selalu dilatih keras oleh Sang Ayah, tapi saat ada bahaya, ia justru tidak bisa melakukan apa-a...