Tigapuluh Dua🦊

231 42 30
                                    

💎Happy reading💎

Langit di luar sudah mulai berganti warna. Warna yang semula keemasan kini sudah berganti kehitaman. Tidak ada lagi awan-awan yang menumpuk membuat satu bayangan. Semua seperti lenyap ditelan kegelapan.

Fero memperhatikan semua orang yang ada di rumah, kemudian memastikan semua orang masih berada di sana. Kecuali Barara yang kata Nujio akan pulang besok pagi, itu pun kalau tidak ada masalah apa-apa.

Ayumi tampak sedang bercerita dengan Nikie sambil sesekali memperbaiki laju pernapasannya. Laguna tampak sedang menyisir rambutnya dengan cermin bulat di tangan kirinya. Sementara Nujio sedang berbaring di kursi dengan tangan seperti ingin meraih atap rumah.

Selagi tidak ada yang memperhatikannya, Fero mengendap ke luar rumah. Sebentar lelaki sembilan tahun itu memperhatikan pekarangan rumah yang malam ini tampak lebih mengerikan dari biasanya. Bunyi binatang malam terdengar memekakkan telinga.

Fero menarik napas sebentar, kemudian melangkah menuju jalan utama. Tadi, Fero sudah memantapkan hatinya untuk mencari Akira seorang diri. Fero yakin tidak akan ada yang mengizinkan, jadi anak itu memutuskan untuk bergerak malam hari.

Semakin jauh dari rumah, Fero merasa semakin banyak bahaya yang mengancamnya. Ditambah lagi kini Fero tidak tahu ia ada di mana. Bahkan tempat yang ingin Fero tuju pun belum tahu ke mana pastinya. Fero hanya membiarkan kakinya melangkah sembarang arah. Barang kali kata 'kebetulan' itu muncul dan membawa Fero pada Akira. Persentase kemungkinan itu hanya satu persen saja, tapi bukankan satu persen itu juga ada artinya?

Di balik pekatnya malam, ada beberapa pasang mata yang kini menatap Fero dengan ludah yang sudah menetes ke dagunya. Sudah lama tidak ada orang yang datang ke sana. Membuat Gunggan-Gunggan di sana kehausan darah. Kini mereka seperti diberi kesempatan untuk mencicipi darah manusia sekali lagi. Pasti akan terasa sangat manis sekali.

"Enak!"

"Enak!"

"Enak!"

Suara-suara itu terdengar semakin ramai saja. Fero mulai merasakan kakinya yang bergetar saat ia mencoba untuk terus melangkah. Fero perkirakan dari suaranya, ada empat atau lima Gunggan yang berada di sekitarnya. Hanya saja Fero tidak tahu di mana lokasi pastinya. Mereka terlalu berisik sampai Fero kesulitan memperkirakan posisi lawannya.

Satu ekor Gunggan mendekat ke arah Fero. Sejauh ini Fero masih bisa fokus dan mengetahui dari mana Gunggan itu akan menyerangnya. Dia muncul dari arah kanan dengan menargetkan tangan Fero untuk ia gigit dagingnya.

Tepat saat mutan itu akhirnya meloncat ke hadapan Fero, Fero menghindar dengan berguling di atas tanah. Hanya saja Gunggan itu langsung berputar arah dan mengikuti langkah Fero dari belakang. Akan tetapi, berikutnya masalah mulai datang. Fero tidak bisa merasakan dari mana Gunggan-Gunggan itu akan muncul dan menyerangnya. Konsentrasi Fero buyar dan ia tidak bisa memprediksikan apa-apa.

Sampai lima belas menit ke depan, Fero semakin kewalanan. Untungnya ia tetap bisa menang dengan beberapa luka di bagian lengan dan bahunya. Masalahnya sekarang adalah, Fero yakin di hutan ini tidak hanya ada lima Gunggan saja. Fero hanya bisa menunggu sampai bahaya selanjutnya mempermainkan dirinya.

🦊🦊🦊

"Kak Fero tidak ada di kamarnya!"

Teriakan dari Nujio sukses menggemparkan seisi rumah. Ayumi yang paling dekat dengan Nujio langsung menghampiri anak itu dan mengintip ke kamar Fero setelahnya. Seperti kata Nujio, di dalam sana tidak ada siapa-siapa. Fero hilang dan Barara tidak ada di rumah. Akan bahaya kalau sampai besok pagi anak itu tidak kembali, maka siap-siap saja menerima amukan Barara.

Half BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang