Sebelas🦊

472 59 22
                                    

💎Happy reading💎

Fero dan Akira kini menuju ke Barat. Misi pertama mereka sepertinya terlalu berat, tapi bagi Akira semua yang Barara perintahkan kepada mereka, pasti bermanfaat. Akira tidak pernah berguru pada orang lain selain ayah, jadi saat mendapat misi pertama dari guru pertamanya, Akira merasa bahwa misi ini harus ia selesaikan dengan sempurna. Waktu yang Barara berikan hanya empat hari saja, tapi tidak masalah. Selama ada satu bola di tangannya, bola yang tersimpan di Barat pasti akan mudah diketahui keberadaannya.

Akira tidak tahu bagaimana cara benda bulat itu bekerja. Apa akan mengeluarkan suara saat dekat dengan bola yang lainnya, atau malah memberi sinyal yang mungkin hanya Akira saja yang bisa mendengarnya. Apa pun itu, Akira tidak peduli. Karena yang terpenting adalah tiba di Barat hingga sore nanti. Akira tidak mau membuang waktu. Karena Akira yakin menemukan bola itu pasti butuh banyak waktu.

"Kak. Mau tanya. Katanya Kak Torano itu kucing, ya?" Fero mulai membuka suara. Rasanya aneh saat ia berjalan dengan Akira, yang terjadi hanya hening saja. Fero ingin banyak berbicara. Setidaknya dengan berbicara bisa membuat Fero sedikit lupa dengan penat di kakinya.

"Macan. Kalau dia mendengarmu, dia pasti sudah membunuhmu," jawab Akira. Mata lelaki itu bahkan tak teralih dari pandangan di depan sana.

Fero tertawa kikuk di tempatnya. Ia lupa kalau Barara berkata Torano itu pasti marah saat dirinya yang gagah disebut kucing biasa. Padahal ia adalah macan yang Fero yakini murid paling kuat yang Barara punya. Buktinya saja Torano seenaknya meninggikan suara pada Barara. Mengatakan kalau ia tak pernah suka dipanggil Tora.

"Ah, iya maksudku macan. Mmm ... apa itu artinya Kak Torano bisa disebut Pemilik Jiwa Tak Sempurna sepertiku, Barara, dan Kak Ayumi?"

Akira masih fokus pada jalan di hadapanya. Sembari berusaha menyimak pertanyaan dari adiknya.

"Iya. Karena dalam dirinya ada setengah jiwa macan."

Fero mengangguk saja. Pertanyaan itu sebenarnya sudah bermuara di kepala di hari pertama mereka resmi menjadi murid Barara. Akan tetapi, Fero sering lupa atau saat ia ingat, justru ada Torano di sampingnya. Fero jadi takut untuk bertanya. Cara pandang Torano saja sudah membuat Fero berpikir berada di dekat Torano itu berbahaya.

"Mau tanya lagi. Dari mana Kakak tahu kalau isi bola itu taring? Aku bahkan tidak melihat apa-apa."

"Hanya tebakan beruntung. Aku saja tidak percaya kalau isinya benar-benar sebuah taring. Sampai sekarang pun aku tidak bisa melihat apa-apa. Bola ini dilindungi oleh sesuatu yang tidak bisa kujangkau dengan mata."

Penjelasan Akira tentu membuat Fero kaget bukan main. Rasanya terlalu aneh jika jawaban Akira hanya kebetulan. Padahal masih banyak kemungkinan yang lain. Bahkan bisa saja isinya benda yang bukan berasal dari binatang. Mungkin berisi batang pohon atau batu indah yang nilainya jutaan. Dari sekian banyak kemungkinan, kenapa Akira justru menebak kalau itu adalah taring binatang?

"Hanya itu?" tanya Fero, sedikit tak percaya dengan jawaban Akira.

"Tentu saja aku tidak menebak asal. Barara menyuruh kita untuk memfokuskan penglihatan pada bola ... aku pikir itu hanya akal-akalan Barara saja. Barara itu 'kan guru yang menyebalkan, jadinya saat aku menggunakan penglihatan binatang buasku, aku hanya bisa melihat asap hitam yang begitu pekat menyelimuti bola. Dan aku berpikir itu pasti tidak akan bisa dilihat hanya dengan penglihatan binatang saja. Makanya aku lebih memilih memfokuskan penciumanku dan ... samar-samar aku mencium aroma binatang buas. Di situ aku berpikir pada tubuh binatang buas apa yang kira-kira bisa dimasukkan ke dalamnya. Awalnya kupikir itu kuku atau bola mata, tapi saat kupikir kembali ... aku lebih memilih taring dan selebihnya aku benar-benar hanya mengandalkan keberuntungan." Akira lebih suka mengatakan penglihatan atau penciuman binatang buas. Karena kalau Akira mengatakan penglihatan atau penciuman serigala, itu malah menciptakan sakit di dada Akira.

Half BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang