Dua Puluh🦊

334 42 24
                                    

💎Happy reading💎

Akira melangkah cepat ke ruang utama. Kalau Barara memanggilnya, pasti ruang utama tempatnya. Karena tak mungkin sekali Barara menunggu di kamarnya. Karena kamar Barara bersifat rahasia. Hanya ia dan Ayumi saja yang boleh masuk ke dalam sana. Entah apa alasannya.

"Ada apa? Aku lelah," kata Akira membuka pembicaraan.

"Kenapa kau membantu Fero?" tanya Barara. Yang ditanya tampak bingung karena belum mengerti arah pembicaraan Barara.

"Maksudku, mengenai permainan yang akan dilaksanakan tadi. Kenapa kau mau dihukum asal itu bukan Fero?"

"Jangan membuatku tertawa. Alasannya sudah jelas 'kan?" jawab Akira kesal.

"Kau terlalu memanjakannya, Akira. Memangnya kau tidak mau dia menjadi kuat? Kalau terus seperti ini, Fero tidak akan berkembang dan akan terus bergantung padamu. Kau tidak mungkin bisa terus berada di sampingnya 'kan? Pikirkan itu baik-baik, Akira."

Akira tahu dan juga paham kalau ia terus-terusan memanjakan Fero apa yang akan terjadi selanjutnya. Fero pasti akan terus bergantung padanya. Akira tak masalah kalau Fero menyusahkannya. Akan tetapi, masalahnya bagaimana kalau saat ada bahaya, ia justru tidak berada di samping adiknya? Seperti halnya yang dikatakan Barara.

"Maaf."

Untuk pertama kalinya Akira meminta maaf pada Barara. Padahal selama ini ia sangat kaku dan tidak banyak berbicara kalau itu dengan Barara. Namun, kali ini anak itu meminta maaf pada Barara. Seolah ia mulai menerima Barara yang berstatus sebagai manusia serigala itu sebagai gurunya.

"Jangan meminta maaf padaku," kata Barara, "dengan caramu yang seperti ini, kau hanya akan menghalangi Fero untuk menjadi lebih kuat. Padahal Fero itu serigala, kalau dilatih lebih keras, dia bisa saja menjadi lebih kuat darimu yang hanya manusia biasa. Kau harus percaya pada adikmu, Akira."

Akira menunduk saja. Perkataan Barara benar adanya. Kalau terus seperti ini, ia hanya akan menghalangi Fero untuk menjadi lebih kuat lagi.

"Kalau saja tadi kukatakan siapa yang kalah akan kukeluarkan dari Utara. Apa yang akan kau lakukan, Akira?" tanya Barara serius. Ia ingin tahu seberapa jauh Akira peduli pada adiknya.

"Aku akan tetap menyerah dan pergi dari Utara. Kau pikir Fero mau kutinggalkan begitu saja? Kalau aku pergi, dia juga akan pergi."

"Hais ... lain kali kau tidak boleh begitu lagi. Kau hanya akan membuat Fero tetap lemah."

"Aku mengerti." Akira bangkit dari posisinya. Kemudian pamit ke kamar karena ia sudah paham maksud Barara.

Barara juga membiarkan Akira pergi dari sana. Karena yang ingin ia sampaikan sudah sepenuhnya tersampaikan. Tinggal melihat bagaimana lelaki itu menghadapi hari selanjutnya. Akan tetap melindungi Fero atau justru menerapkan nasehat dari Barara. Semoga Akira melakukan kemungkinan kedua. Karena Barara berharap banyak pada Fero yang merupakan keturunan Gerin yang bisa menjadi serigala. Lain cerita Si Akira yang tak bisa merubah wujud menjadi serigala.

"Keluarlah, Ayumi!"

Ayumi yang sedari tadi menguping terkejut saat Barara memanggil namanya. Padahal Ayumi sudah berusaha untuk menghilangkan keberadaan agar Barara tak mengetahuinya, tapi sepertinya Ayumi lupa kalau Barara punya banyak kekuatan rahasia. Karena dengan kondisi matanya yang buta, ia bahkan bisa melihat lebih banyak dari orang yang matanya baik-baik saja. Seperti menemukan keberadaan Ayumi yang padahal sudah bersembunyi.

"Aku ketahuan, ya? Maaf, Ayah. Jangan hukum aku," kata Ayumi sambil berjalan takut-takut ke arah Barara.

"Sepertinya kau ingin bertanya. Apa itu?" Tidak sesuai yang dipikirkan. Barara sama sekali tidak marah dan malah menyuruh Ayumi bertanya dengan begitu tenang. Padahal Ayumi pikir Barara akan marah karena ia yang diam-diam mencuri dengar pembicaraan.

Half BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang