Lima Belas🦊

353 52 10
                                    

💎Happy reading💎

Pagi harinya saat Ayumi membuka mata, ia bisa melihat Nujio tidur meringkuk di sampingnya. Punggung kecil anak itu bahkan sampai terbuka karena bajunya yang tak sengaja tertarik ke atas. Ayumi memperbaiki baju Nujio dan duduk setelahnya. Kemudian mata anak itu menjelajah ke atas pohon tempat semalam Torano mengistirahatkan tubuhnya.

"Di mana dia?" tanya Ayumi kepada dirinya sendiri. Bingung saat menyadari di atas sana sudah tak ada siapa-siapa lagi.

"Nujio! Bangun! Sudah pagi." Ayumi menggoyang pelan bahu Nujio.

Tak lama, Nujio bergumam dan mengucek matanya. Kemudian menatap Ayumi yang kini tersenyum ke arahnya.

"Sudah pagi. Ayo siap-siap! Kita akan melanjutkan perjalanan."

"Kak Torano ke mana?"

"Ah, dia---"

"Di sini." Suara Torano dari kejauhan lantas mengambil atensi dua orang yang baru terbangun dari tidurnya.

Torano melemparkan sebuah benda bulat kepada Ayumi yang langsung gadis itu terima. Kemudian Torano juga melemparkan benda yang sama pada Nujio.

"Makan. Kalian lapar 'kan?"

"Terima kasih banyak, Kak Torano."

Nujio lantas memakan buah yang ia sendiri tak tahu apa namanya. Yang Nujio tahu hanya bagaimana buah itu menyentuh lidah, manis sekali rasanya. Bahkan Ayumi pun tampak asyik menikmati buah yang Torano berikan padanya.

"Oh iya, Torano. Soal semalam maaf dan terima kasih sudah menolongku," kata Ayumi malu-malu. Setiap kali terjebak dalam perdebatan, selalu Ayumi yang berakhir minta maaf dan Torano hanya akan diam sebagai jawaban.

"Ayo berangkat! Waktu kita tinggal dua hari lagi. Kalau seandainya kita telat sehari saja, ayah pasti memberi hukuman. Aku tidak mau terkena hukuman."

Kemudian tiga sekawan itu mulai kembali bejalan. Menelusuri hutan Timur yang entah akan membawa mereka ke mana. Yang jelas dalam pikiran Ayumi, ayahnya pasti meletakkan bola itu di tempat yang sukar untuk ditemukan. Dan pilihan yang paling mungkin menurutnya adalah di dalam hutan.

"Sepertinya kita semakin dekat dengan tujuan," kata Torano tiba-tiba, anak itu berkata sembari menghirup napasnya dalam-dalam.

"Tahu dari mana? Kita bahkan tak punya petunjuk apa-apa."

"Aku mencium aromanya."

"Aroma? Bola itu memiliki aroma? Aku tidak mencium aroma apa-apa." Nujio menautkan alisnya tanda tak mengerti.

"Aku bisa maklum kalau kau tidak mencium aroma apa-apa, tapi kalau Ayumi, bodoh sekali kalau kau juga tak mencium aroma apa-apa."

Ayumi ternganga di tempatnya. Pasalnya ia memang tak mencium aroma apa-apa. Sama dengan Nujio, Ayumi bahkan tak tahu kalau bola itu memiliki aroma. Itu artinya Ayumi bodoh seperti kata Torano barusan. Sedikit menyakitkan, tapi sepertinya itu memang kenyataan.

"Benar bodoh rupanya," ejek Torano yang sadar akan Ayumi yang tak mencium apa-apa.

"Jaga bicaramu! Memangnya harus, ya aku bisa mencium aroma apa yang kau cium?"

"Kau itu serigala. Seharusnya penciumanmu lebih tajam dari Nujio yang hanya manusia biasa."

"Tapi aku tidak mencium aroma apa-apa. Sungguh."

Perdebatan mereka terhenti saat itu juga. Tepat saat sesuatu berbunyi tepat di belakang mereka. Suara ranting kayu yang terinjak dan patah.

"Kalian berdua jalan duluan! Sepertinya akan ada sedikit hiburan," perintah Torano. Anak itu sudah siap dengan pisau di tangannya.

Half BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang