03. Sembilan🦊

113 16 27
                                    

💎Happy reading💎

"Cukup bunuh macannya! Jangan coba-coba menyentuh gadis serigala itu! Kalau kau menyentuhnya, siap-siap saja mati di tanganku!"

Kai tidak pernah main-main dengan ancaman yang ia katakan. Apa pun yang keluar dari mulutnya pasti akan ia lakukan. Karena selama ini Kai selalu bisa diandalkan. Ditambah lagi ada Sira yang siap membantu kapan saja. Ada Sira dengan kekuatan menakjubkan miliknya yang bisa melumpuhkan lawan dalam sekejap mata.

Lulu dan adiknya---Wira, hanya bisa mengangguk mendengar ancaman Kai kepada mereka. Sebenarnya kalau dilihat betul, Kai tidak seberbahaya itu sampai Lulu dan Wira harus patuh padanya. Masalahnya ada pada Sira. Gadis itu berbahaya, salah sedikit bisa-bisa mereka berdua hanya tinggal nama.

"Baik!" Pada akhirnya Lulu menjawab dengan sedikit menundukkan kepala. Sementara Wira tetap diam dengan pandangan seperti tidak suka.

Dari sudut pandang Wira, Kai itu hanya bocah ingusan yang belagu karena ada Sira bersamanya. Padahal tanpa Sira, lelaki itu tidak bisa apa-apa. Ingin mencongkel mata Kai, tapi bagaimana dengan 400 koin emasnya? Rugi besar kalau Wira tidak jadi mendapatkan koin sebanyak itu. Ditambah lagi sekarang, baik Wira maupun Lulu sangat butuh.

Lulu menarik kuat bahu Wira di sampingnya agar anak itu sedikit membungkukkan tubuh. Yang mana, Wira hanya bisa patuh.

"Sudah! Tidak ada waktu lagi. Kalian harus berangkat besok pagi ke Utara." Sira yang sedari tadi diam, kini mulai angkat bicara. Nadanya terdengar biasa, tapi entah kenapa Lulu jadi merinding begini. Padahal Sira tidak melakukan pergerakan mencurigakan sedari tadi. Gadis itu selalu memasang wajah cerah dan tersenyum manis sekali.

Lulu menundukkan badan sekali lagi, kemudian pamit undur diri. Niatnya mau mengistirahatkan tubuh agar nanti pagi ia dalam keadaan prima. Agar saat ia pergi ke Utara, ia tidak dalam keadaan lelah.

Namun, suara Kai di belakang sana mampu menghentikan langkah Lulu dan Wira yang hampir sampai di pintu utama. Lulu jadi membalik badan dan mengerutkan dahi tanda sedang bertanya.

"Aku pernah sekali melihat macan itu bertarung, gerakannya lumayan juga. Jadi, jangan lengah hanya karena lawanmu seumuran denganku."

"Baik! Terima kasih sudah memperingatkan kami untuk yang kedua kalinya. Kami permisi dulu!"

Setelahnya Lulu dan Wira benar-benar pergi dari sana. Wira memimpin jalan dengan mata bergerak ke sana ke mari. Lulu yang berjalan di belakang asik bersenandung kecil yang Wira yakini liriknya ciptaan Lulu sendiri.

"Kak, bisa berhenti bernyanyi?" tanya Wira merasa risih. Pasalnya suara Lulu tak enak didengar sama sekali.

Lulu berhenti bernyanyi dan berkata, "Memangnya kenapa?"

"Kalau aku katakan alasannya, kau pasti akan memukul kepalaku."

Mendengar jawaban Wira, Lulu lantas bernyanyi lebih keras lagi. Kali ini sengaja membawa nama Wira dalam nyanyiannya. Di mana Lulu mengatakan kalau Wira adalah adik tidak tahu diri dan durhaka pada kakaknya. Lalu, berlanjut dengan mencemooh wajah Wira yang katanya tidak tampan sama sekali. Untung Wira orangnya sabar kalau tidak mungkin sekarang Lulu sudah ia tendang. Untung sayang.

"Lu! Kalau misi ini selesai, akan kutepati janjiku yang waktu itu," ujar Wira tanpa melihat Lulu di belakang. Lelaki itu tetap fokus pada jalanan di hadapan.

Tanpa diduga, Lulu memukul kuat kepala bagian belakang Wira yang membuat Wira memekik dan menatap tajam Lulu setelahnya. Matanya seolah sedang menuntut Lulu untuk menjelaskan kenapa Lulu memukul kepalanya tiba-tiba.

"Panggil aku 'kakak'! Adik Sialan!"

Wira membuang napas gusar. Sepertinya ia lupa kalau yang ada bersamanya sekarang adalah orang yang keras kepala. Salah sedikit saja, tangan gadis itu pasti menempel di kepala. Lulu pikir, dipukul tanpa kira-kira itu enak apa?

Half BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang