Seminggu sudah setelah kejadian Bagas mencium kening Tiara tersebut. Suasana antara kedua orang tersebut masih sangat canggung sekali.
Saat di kantor Bagas akan terlihat menghindari segala macam interaksi dengan Tiara. Hal ini membuat suasana kantor sedikit sepi dan terasa canggung. Sebab biasanya Tiara dan Bagas yang akan selalu berdebat.
Irma yang menyadari hal tersebut kemudian mencoba bertanya kepada Tiara, “Lu lagi berantem sama Bos?”
Tiara cukup terkejut dengan pertanyaan Irma.Bagaimana mungkin wanita ini sadar. Padahal sudah sebisa mungkin Tiara tidak membuat suasana semakin canggung.
Tiara hanya menggeleng saja sebagai jawaban. Seminggu ini hidup Tiara seperti kacau. Pekerjaan yang semakin menumpuk. Novelnya yang sudah ditagih oleh pembacanya. Dan yang lebih parah adalah meja kantornya yang selalu mengingatkannya kejadian seminggu lalu.
“Gua liat lu sama Bos kayak saling ngehindar gitu. Lu beneran gak lagi berantem sama si Bos kan Ra?” tanya Irma sekali lagi.
Sebab wakita tersebut masih kurang dengan jawaban Tiara.
“Enggak Ma. Gue gak berantem sama Pak Bos kok. Emang lagi males aja ngobrol sama doi,” jawab Tiara.
Apa tadi katanya dirinya malas mengobrol dengan Bagas?
Yang ada dia sudah malu sekali untuk bertemu Bagas karena kejadian seminggu lalu.
Setelah mereka terjebak dengan kecanggungan tersebut. Pasti esok bosnya akan berfikir bahwa Tiara adalah wanita yang murahan.
Tiara sangat trauma sekali dengan penilaian orang terhadapnya. Terutama laki-laki. Mantannya dulu pernah menganggapnya wanita murahan hanya karena pernah mau diajak berciuman.
Sejak saat itu Tiara merasa kalau dia harus menjauhi hubungan yang melibatkan sentuhan. Padahal Tiara bukan wanita seperti yang dikatakan oleh mantannya. Sudahlah itu hanya masa lalu bukan.
'Kamu kuat Tiara!' semangatnya kepada dirinya sendiri.
Malam itu, Tuhan seakan mengerti bahwa Tiara sudah merasa tidak memiliki muka lagi dihadapan Bosnya. Hujan pun reda hingga Bagas bisa dengan cepat mengganti ban mobilnya yang bocor. Dan langsung mengantar Tiara pulang.
Tiara ingat sekali dengan kecanggungan mereka sebelum Tiara turun. Tiara hanya merasa gelisah hingga akhirnya Bagas berkata, “Ra udah sampe. Saya pulang dulu. Saya minta maaf untuk kejadian tadi.”
Mobil Bagas berlalu begitu saja. Hingga Tiara sadar bahwa jaket pria tersebut masih melekat di tubuh Tiara. Tiara akui dia suka wangi yang melekat di jaket Bagas.
Hingga keesokan harinya Tiara merasa Bagas menghindarinya. Hingga seminggu ini sampai Irma saja paham akan situasi yang terkesan canggung ini.
Tiara melihat teman kantornya secara bergantian. Irma dan Dani sedang serius sekali dengan pekerjaan mereka. Bahkan Bagas yang duduk di sampingnya sangat fokus dengan layar laptop dihadapannya. Cukup lama Tiara memandangi Bagas dari samping. Hingga Bagas tersadar bahwa ada yang sedang mengawasinya.
Tiara terkejut saat Bagas menengok kearahnya. Betapa malunya Tiara yang kepergok menatap wajah Bosnya tersebut. Astaga Tiara ceroboh sekali.
Perhatian Tiara langsung dialihkan kehadapan laptop di depannya. Dia seakan sedang mengerjakan tugasnya. Tetapi sebernanya dia hanya berusaha untuk membuat dirinya teralih dari rasa malunya karena ketahuan menatap Bagas.
Tanpa mereka sadari Irma melihat interaksi keduanya. Irma bukan tidak paham dengan situasi tersebut, tetapi dia hanya diam saja. Irma hanya tersenyum melihat kelakuan Tiara dengan Bosnya tersebut. Entah apa yang telah terjadi hingga Tiara dan musuh bebuyutannya tersebut merasa sangat canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meja Kantor
RomanceTiara seorang Copywriter dengan kelakuan absurd dan hampir tidak percaya cinta. Karena sifatnya tersebut pria lebih senang menjadikan Tiara sebagai teman. Hingga suatu hari Tiara diterima sebagai penulis untuk sebuah website. Bagas Pratama adalah p...